PRODUK printing memang lebih banyak diminati lantaran harganya yang miring. Akibatnya, perajin batik pun semakin terkikis, dan akhirnya bisa saja menghilangkan warisan asli Indonesia.
Dewan Pembina Yayasan Batik Indonesia Prof Rahardi Ramelan pun mengakui bahwa semakin sulit membedakan mana batik asli dengan batik printing. Sebab, beberapa produsen semakin licik dengan mengakali sehelai kain di-batik dan di-printing sekaligus.
"Expert sekalipun makin susah bedain printing dan batik tulis atau cap, karena yang printing bisa jiplak 100% batik tulis sekarang tuh," ungkapnys saat ditemui MNC Portal di Konferensi Pers Gelar Batik Nusantara 2023 di kawasan Jakarta Pusat, belum lama ini.
"Saya menemukan batik printing jiplak 100% batik tulis. Bahkan, batik printing yang biasanya dikenal dengan bawahnya putih, saya menemukan ada batik printing yang bolak-balik. Benar-benar makin susah mengenali batik printing," tambahnya.
Hal semacam ini tentu menyedihkan sekaligus mengkhawatirkan. Sebab, batik printing bukanlah bagian dari warisan budaya Indonesia, melainkan sekadar tekstil dengan motif batik.
Jika batik printing semakin menjamur dan pedagangnya tidak jujur menjelaskan bahwa itu batik printing, bisa-bisa pelestarian batik di Indonesia terganggu yang berdampak pada hilangnya warisan asli Indonesia.
"Makanya, kami dari Yayasan Batik Indonesia mendorong kepada produsen batik agar lebih jujur. Kami mendorong mereka untuk memberikan semacam tulisan atau tanda yang menandakan bahwa batik jualannya itu batik printing," papar Prof Rahardi.
"Sudah banyak laporan ke saya bahwa bule-bule yang membeli batik itu ditipu. Mereka dibilang membeli batik tulis dengan harga yang tidak murah, padahal itu batik printing. Hal semacam ini kan tentu tidak sepatutnya dilakukan," sambungnya.
Karena itu, Yayasan Batik Indonesia terus menggaungkan edukasi batik asli bukan batik abal-abal ke generasi muda. Dengan begitu, penerus bangsa bisa paham mana batik asli mana batik printing yang sejatinya bukan termasuk dalam kategori batik.
"Cara edukasi ke generasi sekarang kan tidak bisa sekadar penjelasan, tapi perlu diberikan suguhan semacam pameran. Dengan begitu, mereka paham seperti apa alur pembuatan batik dan mampu mengenali batik asli dan palsu," ungkap Dian Santosa, Ketua Pelaksana Gelar Batik Nusantara 2023.
Pameran batik yang berlangsung dari 2 hingga 6 Agustus 2023 di Senayan Park Mall ini juga diharapkan bisa menjadi ruang bagi masyarakat yang mau mengenal lebih jauh tentang batik. Harapannya jelas supaya masyarakat tahu dan akhirnya cinta dengan warisan Indonesia yang eksis sampai sekarang ini.
(Martin Bagya Kertiyasa)