INDONESIA tidak hanya populer dengan keragaman tradisi dan budayanya saja, namun juga beberapa kisah di masa lalu atau urban legend yang masih dipercaya turun temurun.
Salah satu cerita yang melegenda adalah kisah Calon Arang. Cerita mengenai Calon Arang bahkan sampai diterbitkan dan diterjemahkan ke Bahasa Belanda oleh Prof Dr Poerbatjaraka. Lantas, bagaimana kisahnya?
Mengutip laman arkenas.kemdikbud.go.id, Calon Arang merupakan kisah yang berlatar pada masa pemerintahan Raja Airlangga, yaitu sekitar 1006-1042 SM. Dikisahkan, janda sakti nan bengis tersebut tinggal di Desa Girah bersama anak perempuannya, Ratna Manggali.
Kisahnya bermula saat Calon Arang marah karena tak ada seorang lelaki pun yang mau melamar anak perempuannya yang sudah beranjak dewasa. Para pemuda enggan menikahi Ratna Manggali karena takut pada kesaktian Calon Arang yang terkenal bengis.
Calon Arang pun murka dan berjanji akan menurunkan wabah pada seluruh penghuni desa. Janjinya benar-benar ia tepati. Calon Arang melakukan ritual khusus di sebuah kuburan sembari merapal mantra untuk Dewi Durga.
Dewi Durga pun datang dan memenuhi keinginan Calon Arang untuk menurunkan wabah mengerikan ke Desa Girah. Wabah pun menyebar dan banyak warga desa yang terserang.
Kabar mengenai kengerian wabah ini sampai ke telinga Raja Airlangga. Sang raja pun berusaha mencari cara untuk menghentikan janda sakti tersebut.
Awalnya, Raja Airlangga mengirimkan pasukan militer. Namun, Calon Arang tak terkalahkan dan justru semakin murka.
Raja Airlangga pun meminta petunjuk Mpu Bharadah yang berkedudukan di Lemah Tulis untuk meredam kegaduhan ini. Mpu Bharadah pun mengutus salah satu muridnya, Mpu Bahula, untuk menikahi Ratna Manggali.
Setelah pernikahan dilaksanakan. Mpu Bahula tinggal di rumah Calon Arang bersama sang istri. Mpu Bahula pun akhirnya mengetahui jika Calon Arang kerap membaca kitab setiap malam dan melakukan ritual di kuburan.
Di suatu kesempatan, Mpu Bahula mengambil kitab Calon Arang dan diberikan pada gurunya, yaitu Mpu Bharadah. Setelah mengetahui isi kitab tersebut, Mpu Bharadah pergi menemui Calon Arang yang tengah melakukan ritual di kuburan.
Janda sakti tersebut diminta menghentikan kutukannya. Sebenarnya Calon Arang setuju dengan permintaan Mpu Bharadah. Namun dengan satu syarat, yaitu Calon Arang minta diruwat agar dosanya berguguran.
Namun, Mpu Bharadah menolak karena dosa Calon Arang yang sudah terlalu besar. Karena alasan tersebut, keduanya terlibat pertikaian. Calon Arang pun terbunuh oleh Mpu Bharadah yang sakti mandraguna.
Di akhir cerita, Mpu Bharadah menghidupkan lagi Calon Arang untuk diberi ajaran kebenaran. Setelah Calon Arang merasa bahagia, ia kemudian dimatikan kembali lalu jasadnya dibakar. Setelahnya, wabah penyakit mengerikan itupun lenyap seketika.
(Rizka Diputra)