FAMILIAR dengan lirik lagu 'Anak Betawi, ketinggalan zaman, katenye...'? Ya, lagu Rano Karno dengan judul 'Si Doel Anak Sekolahan' itu benar-benar melekat kuat pada kultur suku Betawi.
Lagu tersebut bahkan bisa dibilang jadi identitas orang Betawi. Setiap kali ada acara dengan tema Betawi, lagu ini kerap kali diputar.
Namun, lirik lagu 'Anak Betawi ketinggalan zaman' dirasa sebatas stereotype semata oleh Afiza Nurmuseriah. Perempuan Betawi yang kini menetap di Jerman itu gak setuju kalau anak Betawi 'gitu-gitu aje'.
Ia membuktikan sendiri bahwa dirinya yang lama tinggal di Pisangan Lama, Jakarta Timur, kini bisa hidup merantau di Berlin, Jerman. Di negara orang itu, Afiza menempuh pendidikan master dalam bidang Arsitektural dan Warisan Budaya.
"Sudah hampir 5 tahun lalu hidup di perantauan, di Berlin, Jerman. Sejak jauh dari rumah, saya akui makin kuat kesadaran budaya Betawi dalam diri ini," ceritanya pada MNC Portal, Kamis (22/6/2023).
Afiza bangga dengan title anak Betawi yang melekat pada dirinya. Setiap kali orang bertanya, 'Kamu orang mana?' dia akan dengan lugas menjawab, 'Saya orang Betawi'.
Pindah ke Jerman bukan karena Afiza tidak puas hidup di Jakarta. Malah dia ingin membuktikan diri bahwa sebagai anak Betawi, dia berani dan mampu merantau jauh ke negeri sebrang.
"Banyak orang beranggapan bahwa orang Betawi jarang ada yang merantau, tapi itu kemudian memantik keinginan saya untuk menggapai sesuatu yang lebih di negeri orang. Makanya, saya coba untuk daftar di salah satu kampus di Jerman dan Alhamdulillah diberi rezeki tersebut," ungkapnya.
Anak Betawi gak lagi ketinggalan zaman. Pernyataan itu pun dinilai Afiza benar adanya, setelah dia melihat Jakarta saat ini yang semakin pesat perkembangannya.
Tak merasakan secara langsung memang, tapi lewat pemberitaan yang masih dikonsumsi secara daring, Afiza tahu bahwa 'rumahnya' kini lebih modern dari 5 tahun yang lalu saat dirinya terbang jauh ke Jerman.
Ia tahu kalau di Indonesia akan dilangsungkan konser Coldplay, lalu kini sudah banyak karaoke bar yang menjadi pusat hiburan anak muda. Bahkan, tren fashion, beauty, dan kuliner Jakarta pun Afiza 'melek'.
Di sisi lain, hingar bingar budaya pop dinilai Afiza yang membuat sebagian warga Jakarta lupa akan budaya mereka sendiri. Walau sebenarnya tidak masalah bila suatu komunitas masyarakat menyerap budaya luar, tapi yang penting jangan sampai lupa sama budaya sendiri.
"Mengacu pada istilah; masyarakat yang berbudaya, masyarakat yang beradab. Jadi, jangan sampai budaya yang populer membuat kita mundur peradaban," jelas Afiza.
Bukan hal yang mustahil bila warga Jakarta, termasuk orang Betawi, hidup berdampingan dengan budaya yang sedang hype saat ini. Ya, tentu budaya yang sesuai juga dengan norma dan adat istiadat Betawi yang menjunjung budi pekerti dan ketuhanan.
Karena secara teori, menurut UNESCO, segala bentuk praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan (serta instrumen, objek, artefak, dan ruang budaya) yang diakui oleh suatu komunitas atau kelompok, bisa disebut sebagai warisan budaya takbenda atau intangible cultural heritage.
"Warisan budaya takbenda ini seharusnya bisa ditransmisikan dari generasi ke generasi, sehingga membangun sebuah identitas dan kontinuitas yang akhirnya menciptakan tenggang rasa dalam perbedaan budaya, serta meningkatkan kreativitas manusia di dalamnya," kata Afiza.