Panggilan tersebut semakin terkenal mengingat hidup para wanita muda Hakka dari Singkawang yang rela menikah dengan orang luar negeri.
Jeratan ekonomi memaksa mereka untuk menikah dengan pria luar negeri seperti Taiwan, Hong Kong, Macau, Brunei, dan lainnya.
Praktik pernikahan dengan orang Singkawang bermula pada tahun 1970-an. Kala itu pemerintah Taiwan mengancam akan menyita harta benda rakyatnya jika mereka tidak memiliki keturunan.
Menikah dengan orang Tionghoa di Singkawang menjadi solusi pria Taiwan. Pasalnya, wanita Singkawang memiliki kesamaan dengan orang Taiwan. Pria Taiwan kurang berminat menikah dengan sama negara karena biaya pernikahannya sangat mahal.
Seiring perkembangan zaman praktik pernikahan demikian semakin berkurang. Sudah tidak ada lagi pernikahan terpaksa karena faktor warisan. Kebanyakan orang luar negeri mencari jodoh wanita Singkawang karena ingin memiliki keturunan.
(Rizka Diputra)