PANGGILAN bule begitu familiar terdengar di telinga orang Indonesia, maupun para turis mancanegara yang bertandang ke Tanah Air.
Setiap warga asing melintas di depan mata, secara otomatis masyarakat lokat bakal menyebut mereka sebagai 'bule'.
Sebutan ini umumnya merujuk pada warga negara asing berkulit putih seperti misalnya Eropa. Walaupun semakin lama, istilah bule pun digunakan untuk semua turis dari negara manapun.
Lantas, orang berkulit putih seperti Eropa dan sebagainya sampai disebut 'bule'? Ada kisah di balik populernya penyebutan tersebut.

Tapi sebelum itu, perlu dipahami tersebut dahulu apa itu kata 'bule'. Dalam KBBI, bule sendiri asalnya dari kata bulai.
Salah satu makna bulai adalah orang kulit putih (terutama orang Eropa dan Amerika) orang Barat.
Ada juga yang mengartikan kata bulai sebagai sebutan bagi siapa saja dengan kelainan kulit karena kekurangan pigmen.
Sampai di sini sudah cukup dipahami mengapa warga Eropa dan pemilik kulit putih lainnya disebut bulai atau disederhanakan menjadi bule. Tapi sejak kapan istilah itu menyebar luas?
Pada tahun 1960, peneliti bernama Benedict Anderson mengklaim dirinya menjadi sosok pertama yang membuat sebutan bule jadi populer. Ini bermula dari bangsa Indonesia yang terbiasa dijajah oleh Belanda memanggil mereka dengan kata Tuan atau Mister.
Namun, Ben merasa kata Tuan kurang pas dan kurang enak didengar. Sampai pada akhirnya, Benedict mulai mengganti 'tuan' menjadi istilah yang kesannya lebih akrab yakni bulai atau bule.
Ia juga sampai mengajak orang-orang Indonesia menyebut sosok Benedict Anderson dan orang kulit putih lain seperti warga Eropa menggunakan kata 'bule'. Jadi itulah kenapa sampai orang Eropa dipanggil bule.
(Rizka Diputra)