PROFESI dokter secara umum dipahami masyarakat awam mudah mendapatkan uang. Namun sejatinya jadi dokter juga kadang menemui hal yang menyeramkan. Salah satunya, jadi dokter spesialis forensik, yang bekerja suka melakukan pemeriksaan terhadap pasien tidak bernyawa.
Menurut dr Stephanie Renni Anindita, Sp. FM, Dokter Spesialis Forensik menjelaskan, kalau jadi dokter Forensik punya tantangan sendiri dan keunikan. Di mana biasa berkomunikasi dengan makhluk di dimensi lain seperti 'hantu', hal inilah ia tekankan harus siap mental.

"Kita pun juga sebagai dokter harus siap. Kita bisa berkomunikasi dengan mereka dari dimensi lain. Hampir semua dokter forensik yang saya kenal itu pernah berhadapan dengan mereka yang ada di dimensi lain, karena pekerjaan kita yang banyak urusan dengan jenazah ya," ungkap dr Stephanie dalam YouTubenya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan hal lain perlu disiapkan ialah kemampuan memahami kondisi tubuh manusia. Menurutnya, setiap dokter secara umum pasti belajar anatomi manusia, hal inilah jadi dasar dokter spesialis Forensik.
Kemudian, juga etika dalam komunikasi dengan pasien. Ia mengatakan, meskipun kerap melakukan pemeriksaan pasien yang sudah meninggal, ia menyarankan agar tetap berkomunikasi, seperti izin dulu sebelum menyentuh pasiennya.
BACA JUGA:
"Bahkan saya bertingkah laku seperti pada umumnya pasien yaitu saya juga harus permisi dulu, karena menganggap tetap pasien yang hidup gitu, dan saya ajak bicara dan saya katakan saya minta maaf lebih dulu. Habis ini saya mau buka dulu untuk melihat nanti kondisi tubuh dalamnya, seperti apa karena di sini kita mencari tahu kematian si pasien," kata Dokter Stephanie.
Dokter Stephanie menyarankan kalau setiap pasien memiliki kedudukan yang sama, alias tidak dibeda-bedakan. Baik itu hidup ataupun sudah tidak bernyawa, katanya.
Kemudian, ia juga menjelaskan kalau dokter forensik kerap dimintai keterangan untuk kepentingan pengadilan. Keterangan yang disampaikan juga harus bernilai objektif. Pada dasarnya, dokter tidak boleh menolak pasien dalam keadaan apapun.
"Sebagai dokter saya tidak bisa menolak korban, khususnya apabila memang korban itu tidak dikenal," tambahnya.
"Otopsi dilakukan dengan alasan memastikan kejadian sebelum kematian. Nanti pada saat saya dimintai keterangan di pengadilan itu yang keterangan yang saya berikan bersifat objektif, tidak berpihak," jelas Dokter Stephanie.
(Dyah Ratna Meta Novia)