KEBIASAAN merokok terus-menerus tak baik bagi kesehatan tubuh. Dikutip dari Mayo Clinic, ketika seseorang menghirup asap rokok, yang penuh dengan zat penyebab kanker (karsinogen), maka dengan cepat dimulailah perubahan pada jaringan paru-paru.
Pada awalnya, tubuh mungkin bisa self-healing alias bisa memperbaiki kerusakan ini. Tetapi dengan setiap paparan rokok yang berulang kali, akhirnya sel-sel normal yang melapisi paru-paru jadi semakin rusak.

Bahayanyaseiring waktu, kerusakan inilah yang menyebabkan sel bertindak tidak normal dan akhirnya kanker dapat berkembang di paru-paru.
Selain merokok, beberapa hal lainnya juga bisa menjadi faktor risiko dari kanker paru. Ada yang bisa dikontrol seperti paparan asap rokok, terapi radiasi, paparan gas radon, dan paparan asbes dan karsinogen lainnya, hingga faktor yang tak bisa dikontrol yakni riwayat keluarga yang punya kanker paru-paru.
Kemudian, seseorang yang memiliki orang tua, saudara kandung atau anak dengan kanker paru-paru disebutkan lebih berisiko. Oleh karena itu beragam cara telah dilakukan untuk mengatasi isu prevalensi merokok, baik di tingkat global dan nasional.
Namun, jumlah perokok di dunia masih terhitung tinggi. Penelitian terus dilakukan untuk mengatasi masalah prevalensi merokok tersebut, salah satunya melalui pendekatan tobacco harm reduction atau pengurangan bahaya tembakau.
Profesor Sharifa Ezar wan Puteh Chairman Malaysian Society of Harm Reduction (MSHR) menjelaskan cara pengurangan bahaya tembakau sebagai salah satu strategi yang saat ini mulai digunakan dan terus disempurnakan untuk menekan konsumsi rokok. Melalui pendekatan ini, perokok dewasa diperkenalkan kepada produk tembakau alternatif yang memiliki profil risiko lebih rendah dibandingkan dengan terus merokok.
Terdapat berbagai produk tembakau alternatif yang rendah resiko dan dapat digunakan dalam pendekatan pengurangan bahaya tembakau seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin.
“Produk tembakau alternatif memiliki dampak risiko yang lebih rendah sehingga dapat membantu para pengguna rokok konvensional untuk secara bertahap menghentikan konsumsi rokok,” terang Sharifa.
BACA JUGA:
Sejalan dengan Shafira, Doktor Alex Wodak Konsultan Alkohol dan Penggunaan Obat-Obatan dari St Vincent’s Hospital Sydney, Australia mengatakan, potensi penggunaan produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko berpotensi untuk membantu perokok konvensional berhenti mengkonsumsi rokok.
BACA JUGA:
Tembakau alternatif seperti rokok elektrik memiliki kandungan 100-200 bahan kimia dengan konsentrasi yang rendah dan tidak mengandung karbon monoksida (CO). Berbeda dengan rokok konvensional yang memiliki kandungan tujuh ribu zat kimia dengan konsentrasi tinggi termasuk di dalamnya zat yang bersifat karsinogenik dan karbon monoksida.
“Berbagai hasil studi yang dilakukan memperlihatkan efektivitas produk tembakau alternatif seperti vape dalam membantu masyarakat perokok untuk mengurangi konsumsi rokok konvensionalnya dan beralih ke produk yang lebih minim risiko. Tentu hal ini cukup baik dan potensi jangka panjangnya harus terus dikaji,” katanya.
Tembakau alternatif sudah dikenal sebagai alternatif yang lebih rendah risiko di beberapa negara. Sebagai contoh, di Selandia Baru berdasarkan data yang dihimpun, jumlah perokok konvensional harian terus mengalami penurunan hingga 8% seiring dengan meningkatnya penggunaan produk tembakau alternatif.
Mengacu pada efektifitas penurunan jumlah perokok dewasa di Selandia Baru, pemerintah setempat mengeluarkan regulasi komprehensif berbasis penelitian yang memberikan insentif bagi para perokok dewasa yang ingin beralih.
Prinsip pengurangan risiko tembakau juga telah mulai dikenal di Indonesia. Meski negara lain telah banyak melihat hasil positif dari penggunaannya dalam mengurangi prevalensi merokok, masih diperlukan edukasi utamanya kepada pemerintah Indonesia agar segala bentuk regulasi terkait produk produk tersebut disusun berdasarkan hasil kajian ilmiah sehingga dapat bermanfaat secara maksimal.
(Dyah Ratna Meta Novia)