Seorang arkeolog Prancis, Claude Guillot dibantu beberapa penulis lainnya melalui buku 'Barus Seribu Tahun yang Lalu' menyebutkan, Barus termasuk dalam golongan kota-kota kuno yang terkenal di seluruh Asia sejak abad ke-6 Masehi.
Bab terakhir pada buku itu menyebutkan, ada sebuah tempat di perbukitan Barus yang oleh masyarakat setempat perlu mendapatkan perhatian khusus. Makam terpencil yang ditandai dengan dua batu nisan vertikal ini dipercaya sebagai makam seorang wali.
Yang dimaksud adalah makam 'Papan Tinggi' yang memang berada di atas bukit setinggi 215 meter di atas permukaan laut.
(Foto: YouTube/@Sean Design)
Untuk menuju makam itu harus melewati 730 anak tangga. Konon di makam ini, ada sebuah guci yang airnya terus ada meskipun musim kemarau. Namun belakangan guci itu pecah karena tidak terawat.
Pada tahun 1995 di Desa Lobu Tua, daerah sekitar Barus terdapat sebuah spanduk bertuliskan 'Dirgahayu ke-50 negaraku dan Dirgahayu ke-5.000 desaku'.
Saat itu, Kepala Desa Lobu Tua menjelaskan bahwa ulang tahun desa ini didasari perkiraan seorang ahli sejarah dari daerah ini.
(Foto: YouTube/@Sean Design)
Sedangkan pandangan lain menyebutkan bahwa Barus adalah pelabuhan tertua di Indonesia. Dalam karya geografis Ptolemaeus tercatat lima pulau yang dinamakan 'Barousai', nama yang dikaitkan dengan Barus oleh para ahli sejarah.
Sejak abad ke-6 Masehi, kamper sudah dikenal di berbagai kawasan mulai dari negeri Tiongkok hingga ke kawasan Laut Tengah. Nama Barus sudah lama muncul apabila diterima pendapat bahwa 'Barousai' adalah Barus.