SUDAH bukan rahasia lagi kalau masyarakat Indonesia, khususnya kaum adam gemar mengenakan sarung.
Tapi ternyata, bukan orang Indonesia saja yang suka mengenakan sarung dalam kesehariannya, penduduk Myanmar pun punya kebiasaan yang sama. Bedanya di sana, pria dan wanita sama-sama sering mengenakan sarung.
Sarung atau biasa disebut longyi adalah pakaian tradisional paling ikonik di Myanmar. Cara memakainya sama seperti sarung pada umumnya, dan panjangnya bisa menutupi mata kaki.
Meski umum disebut longyi, tapi penamaan sarung untuk laki-laki dan perempuan berbeda. Longyi khusus laki-laki disebut paso, dan untuk perempuan disebut htamein.
Mengutip laman Asia Highlights, longyi awalnya diperkenalkan oleh kolonial Inggris. Saat itu, jenis dan jumlah pakaian sangat mewakili status sosial. Semakin banyak pakaian yang dimiliki, maka semakin mencerminkan kekayaan pemiliknya.
Sejak diperkenalkan, longyi dengan cepat menyebar di kalangan masyarakat karena kenyamanannya. Hingga sekarang, longyi telah menjadi bagian dari budaya Myanmar sehingga gemar dipakai mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Karena tidak lagi dipakai secara berlebihan, longyi sudah tidak menjadi indikator sosial. Semua masyarakat sudah bisa mengenakan longyi dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penduduk Myanmar yang berusia lanjut, mengenakan longyi membuat mereka merasa nyaman, sederhana, juga lembut. Inilah alasan kenapa mereka suka memakainya setiap hari.