Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ilmuwan Berhasil Temukan Cara Deteksi Alzheimer lewat Darah

Tangguh Yudha , Jurnalis-Kamis, 29 Desember 2022 |21:40 WIB
Ilmuwan Berhasil Temukan Cara Deteksi Alzheimer lewat Darah
Ilustrasi Alzheimer. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

PENYAKIT Alzheimer memang sulit dideteksi, apalagi metode pengecekannya terbilang repot, menyakitkan dan menguras tenaga dan biaya. Pasalnya, diagnosis Alzheimer harus dilakukan dengan pencitraan otak dan analisis sel yang rumit.

Mereka juga akan menjalankan prosedur invasif dan menyakitkan yang lebih dikenal sebagai keran tulang belakang. Sesuai namanya, dokter akan memasukkan jarum ke punggung bawah untuk mengambil sampel cairan serebrospinal pasien. Nantinya sampel cairan akan dibawa ke lab untuk selanjutnya diuji hingga mendapat kesimpulan.

Namun sejumlah ilmuwan yang berasal dari Swedia, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat telah berhasil menemukan metode deteksi Alzheimer lewat cara yang lebih simpel, yakni dengan tes darah, demikian seperti dilansir dari Engadget.

Alzheimer

Setelah mempelajari 600 pasien, mereka akhirnya menemukan bahwa tes yang baru saja ditemukan ini sangat efektif dan diklaim dapat mendeteksi protein yang berasal dari otak, yang khusus untuk penyakit Alzheimer secara akurat.

Thomas Karikari, salah satu ilmuwan yang merupakan seorang profesor psikiatri di University of Pittsburgh, mengatakan bahwa dia berharap terobosan tersebut dapat membantu peneliti lain merancang uji klinis yang lebih baik untuk perawatan Alzheimer.

Menurutnya, tes darah lebih murah, lebih aman, lebih mudah dilakukan, dan dapat meningkatkan kepercayaan klinis dalam mendiagnosis Alzheimer dan memilih peserta untuk uji klinis dan pemantauan penyakit.

Namun begitu, Thomas mengatakan bahwa diagnosis Alzheimer lewat tes darah masih perlu pengembangan dan penelitian lebih lanjut lagi sebelum bisa dipraktikan di rumah sakit-rumah sakit.

Tim ilmuwan saat ini masih perlu memvalidasi bahwa itu berfungsi untuk berbagai macam pasien, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda, yang tidak sama dari 600 pasien yang dijadikan sampel.

(Martin Bagya Kertiyasa)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement