Singkat cerita, hari di mana Putri Pukes meninggalkan kerajaan pun tiba. Puri Pukes pergi bersama pelayan kerajaan. Sepanjang perjalanan, Putri Pukes tidak mampu menahan kesedihan karena harus meninggalkan kedua orangtuanya. Ia sangat merindukan kedua orangtua yang telah membesarkannya.
Sebelum meninggalkan kerajaan, ibunda Putri Pukes berpesan agar sang putri jangan menoleh ke belakang saat berjalan apapun yang terjadi. Ia harus tetap berjalan lurus ke depan menuju kediaman barunya.
Apa hendak dikata, tanpa sengaja, Putri Pukes malah menoleh ke belakang karena rasa rindu yang teramat dalam kepada orangtuanya. Seketika hujan badai pun datang disusul suara petir saling bersahutan.

Putri Pukes yang sedang menangis tersedu-sedu lantas menepi ke dalam gua. Seketika suhu tubuhnya mulai dingin, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tak lama kemudian sekujur tubuh putri cantik jelita itupun berubah menjadi batu.
Perlengkapan rumah tangga yang dibawanya tidak luput dari kutukan tersebut, semuanya menjadi batu tanpa terkecuali. Para pelayan yang mencari keberadaan sang putri itupun kaget bukan kepalang manakala menyaksikan sang putri telah berubah menjadi batu.
Gua Pukes pun hingga kini kerap disambangi para wisatawan bahkan oleh arkeolog yang hendak meneliti gua yang konon sudah ada sejak ribuan tahun silam itu.
(Rizka Diputra)