 
                Namun, pemerintah setempat mengklaim acara yang disponsori pemerintah itu sebenarnya bukan festival Halloween. Sebaliknya, acara itu disebut-sebut dipromosikan sebagai ‘akhir pekan horor’ yang kebetulan bertepatan dengan akhir pekan sebelum Halloween.

Meski begitu, sama seperti Halloween pada umumnya, penduduk setempat terlihat berlomba-lomba tampil dengan kostum menakutkan yang juga menarik perhatian. Mulai dari kostum mumi dengan kasa medis yang mereka beli di apotek, darah palsu improvisasi menggunakan Vimto, dan minuman merah manis yang biasa mereka konsumsi selama bulan Ramadhan.

Di beberapa kota di Arab Saudi, kostum hingga aksesoris bernuansa Halloween bahkan telah dijual bebas. Hal itu terlihat dari barisan wannabe ghoul dan goblin yang membentang di blok, di luar toko pesta yang menjual begitu banyak kostum Halloween. Bahkan, saking larisnya, para karyawan di toko tersebut hampir tidak bisa mengisinya kembali dengan cukup cepat.
“Saudi sedang berubah,” kata Abdulaziz Khaled, seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang sedang mengantre membeli kostum Halloween.
Khaled mengatakan, dia berencana untuk berdandan sebagai penyihir pada perayaan Halloween kali ini. Sementara itu, remaja disampingnya, Reema al-Jaber, menyebut bahwa ia ingin tampil sebagai bidadari bersayap putih untuk merayakan Halloween di rumah temannya.*
(Helmi Ade Saputra)