UNILEVER menarik beberapa produk sampo karena terbukti mengandung benzena dengan kadar tinggi. Karsinogen tersebut dipercaya dapat meningkatkan risiko kanker dan penyakit lainnya.
Sebelum sampo, Unilever juga diketahui sudah menarik produk lain seperti deodoran, pembersih tangan, dan tabir surya karena mengandung benzena dalam kadar tinggi.

"Masyarakat harus menganggap serius penarikan produk ini, karena kandungan benzena berbahaya bagi kesehatan," kata David Light, Ahli Biokimia sekaligus CEO Valisure, laboratorium independen di New Haven, Connecticut, dikutip MNC Portal, Rabu (26/10/2022).
Laboratorium ini tahun lalu melaporkan kandungan benzena yang tinggi pada produk tabir surya ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).
"Benzena adalah molekul yang sangat buruk, bahkan masuk dalam daftar 70 zat berbahaya FDA yang tidak boleh ada dalam produk guna pakai," ungkap Light kepada CBS MoneyWatch. "Benzena terbukti sebabkan kanker, tidak ada yang bisa membantah ini," tambahnya.
Memang, tidak kemudian orang yang menggunakan produk mengandung benzena langsung kena kanker, tapi paparan benzena adalah masalah serius dan tidak boleh disepelekan. "Paparan dalam jumlah kecil saja sudah membahayakan," ungkapnya.
Lebih lanjut, dijelaskan Chris Cappa seorang profesor teknik lingkungan di University of California di Davis bahwa butana adalah propelan umum yang ada di kaleng semprot. Jika proses pemurnian butana tidak terlalu baik, maka besar kemungkinan benzena muncul sebagai cemarannya.
"Agar Anda terhindar atau setidaknya meminimalisir paparan benzena ini, keputusan memilih produk non-semprot bisa digunakan," kata Cappa dikutip dari Washington Post.
Penggunaan tabir surya semprot lebih kecil risikonya dibandingkan sampo kering karena benzena akan terurai ke atmosfer yang lebih luas dan ini artinya risiko paparan benzena menjadi lebih kecil, sekalipun tetap ada.
Kenapa benzena begitu membahayakan?
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menerangkan, benzena yang terhirup atau tercerna dalam tubuh dapat memperlambat jumlah sel darah merah yang diproduksi sumsum tulang, yang mana kondisi ini menyebabkan anemia.
"Benzena juga dapat merusak sistem kekebalan tubuh dengan mengubah kadar antibodi dalam darah," tegas CDC.
Orang yang menghirup benzena dalam kadar tinggi dapat mengalami kondisi mengantuk, pusing dan bingung, mengalami sakit kepala, detak jantung tidak teratur, dan tremor.
Paparan benzena yang banyak dapat menyebabkan muntah, pusing, kantuk, dan kejang-kejang. Paparan langsung benzena ke mata, kulit, atau paru-paru dapat merusak jaringan dan menyebabkan iritasi.
"Beberapa wanita yang terpapar benzena tingkat tinggi memiliki periode menstruasi yang tidak teratur dan ukuran ovarium yang mengecil. Tidak diketahui apakah paparan benzena juga memengaruhi perkembangan janin pada wanita hamil dan kesuburan pria," tambah CDC.
BACA JUGA:Unilever Tarik Produk Sampo Dove hingga TRESemme karena Sebabkan Kanker
Di sisi lain, Ahli Kimia Kosmetik dan asisten profesor di Universitas Cincinnati, Kelly Dobos, menerangkan, benzena sangat berbahaya. Itu kenapa perusahaan kosmetik memiliki staf ahli toksikologi. "Mereka melakukan penelitian ekstensif untuk memastikan produk aman sampai ke konsumen," terangnya.
Dobos menyarankan, jika Anda menggunakan produk aerosol, gunakan produk tersebut di area berventilasi baik atau buka jendela saat pemakaian.
Sementara itu, Unilever mengeluarkan pernyataan resmi bahwa munculnya benzena dalam beberapa produk keluarannya disinyalir akibat bahan baku propelan yang dipasok dari pihak luar. Saat ini penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan.
FDA menyarankan, masyarakat yang menggunakan produk sampo yang terbukti mengandung benzena agar berhenti memakainya dan diminta kunjungi laman UnileverRecall.com untuk instruksi penggantian.
Paparan benzena dapat menyebabkan kanker termasuk leukimia hingga kanker darah, serta gangguan darah yang mengancam nyawa. Namun, Unilever mengklaim bahwa paparan harian terhadap benzena dalam produk yang ditarik tidak diperkirakan akan menyebabkan konsekuensi kesehatan yang merugikan.
(Dyah Ratna Meta Novia)