SALAH satu tujuan wisatawan jika ke Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah adalah petilasan Nyai Bagelen. Petilasan ini konon telah ada sejak abad ke-9. Tentu saja hal ini menjadi bagian dari sejarah masyarakat Purworejo yang masih dijaga hingga saat ini.
Bahkan tak sedikit masyarakat yang datang untuk berziarah dan mengharap berkah dari kunjungannya tersebut. Lantas siapa itu Nyai Bagelen, dari Negeri Medangkamulan? Berikut Okezone rangkumkan sepenggal kisahnya.
Sejarah Bagelen
Pada dahulu kala, nama Bagelen merupakan bagian dari Negeri Medangkamulan atau Medang Gele atau Pagelen yang diperintah oleh Sri Prabu Kandiawan dan lima orang putranya yang masing-masing memerintah negara bagian.
Putra sulung bernama Sri Panuwun, ahli dalam pengairan, pertanian dan pemerintahan dan memerintah Negara bagian Medang Gele, yang akhirnya bernama Pagelen.
Sri Panuwun memiliki dua orang anak yang semuanya cacat. Sang prabu sedih, kemudian ia bertapa dan meminta petunjuk. Dari petunjuk tersebutlah ia berangkat ke suatu sendang di Somolangu. Di daerah tersebut Sang Prabu Panuwun memperistri anak perempuan Kyai Somolangu.
Dari pernikahannya itu dianugerahi seorang anak perempuan yang diberi nama Raden Rara Wetan yang kelak terkenal dengan nama 'Nyai Bagelen' dan menjadi pewaris daerah Bagelen.
Legenda Nyai Bagelen
Rara Wetan atau Nyai Bagelen kemudian menikah dengan Pangeran Awu-Awu Langit. Dari pernikahannya ini mereka dianugerahi tiga orang anak, yakni Raden Bagus Gento, Raden Rara Taker dan Raden Rara Pitrah.