RATUSAN nyawa menjadi korban dari kejadian kerusuhan pertandingan Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Kesedihan dan kehilangan luar biasa tengah dirasakan keluarga dari ratusan korban jiwa tersebut. Kematian mendadak dan tragis seperti ini, rentan memicu terjadinya post-traumatic stress disorder (PTSD) bagi keluarga korban yang ditinggalkan.
"Kematian tak terduga dikaitkan secara konsisten dengan peningkatan kemungkinan timbulnya PTSD baru, gangguan panik, dan episode depresi di semua tahapan perjalanan hidup," ungkap studi yang dilakukan Keyes pada 2014, dikutip dari laman Center for Anxiety Disorders.
Lantas, apakah ada cara untuk mengobati PTSD akibat kematian mendadak? Ada beberapa terapi pengobatan yang efektif untuk atasi PTSD setelah kematian mendadak atau peristiwa traumatis dari orang tercinta atau Anda sendiri yang mengalaminya.
Terapi yang disarankan termasuk Cognitive Behavior Therapy (CBT) dan Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR). Pada beberapa kasus, terkadang obat-obatan digunakan bersamaan dengan terapi. Berikut paparannya, sebagaimana dilansir dari Center for Anxiety Disorders, Selasa (4/10/2022).
1. CBT: Perasaan bersalah itu menuntun Anda seolah-olah Anda bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Pikiran negatif ini dapat menyebabkan seseorang menghindari hal-hal yang biasanya dinikmati atau membuat dirinya lebih khawatir, secara obsesif bahwa dirinya akan kehilangan orang lain dengan cara yang sama. Nah, terapi CBT mengajarkan untuk menyadari keyakinan dan pemikiran tentang situasi tersebut. Setelah mengidentifikasinya, itu memberi diri Anda keterampilan untuk melihat apakah ada fakta yang mendukung pemikiran tersebut dan bagaimana melepaskannya jika tidak ada.