INDONESIA memang memiliki kekayaan laut yang sangat besar, sayangnya konsumsi ikan nampaknya belum maksimal. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, angka konsumsi ikan nasional mencapai 55,37 kg/kapita pada 2021.
Ikan pun mengandung banyak asam lemak omega-3 yang sehat yang dapat mengurangi peradangan, membantu melindungi jantung Anda, dan mencegah penyakit kronis. Menurut National Institutes of Health, ikan mengandung vitamin D yang tinggi, dan dianggap sebagai salah satu sumber makanan terbaik untuk nutrisi penting ini.
Tapi, sebuah studi terbaru dalam jurnal Cancer Causes and Control menemukan hubungan antara konsumsi ikan dan kemungkinan risiko seseorang mengembangkan melanoma atau kanker kulit.
Dalam studi itu, para peneliti dari Brown University, menganalisis bahaya pola makan ikan dan hubungannya dengan melanoma. Temuan menemukan hubungan positif antara keduanya.
Studi, seperti dikutip dari Medical Daily, Selasa fokus pada konsumsi tuna dan ikan non-goreng. Para ilmuwan meneliti data dari 491.367 orang yang direkrut ke National Institutes of Health (NIH), American Association of Retired Persons (AARP) Diet and Health Study antara tahun 1995 dan 1996.
Mereka melibatkan para partisipan dengan rata-rata berusia 62 tahun yang sebelumnya diminta menjawab pertanyaan tentang pola konsumsi dan ukuran porsi ikan mereka.
Peneliti mempertimbangkan faktor-faktor seperti Indeks Massa Tubuh (BMI) setiap individu, tingkat aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi kalori dan kafein harian, riwayat kanker keluarga, dan paparan radiasi UV rata-rata di wilayah mereka.
Temuan memperlihatkan, selama periode penelitian total 5.034 peserta (1,0 persen) mengembangkan melanoma ganas dan 3.284 (0,7 persen) mengembangkan melanoma stadium 0, yakni suatu kondisi di mana ada pertumbuhan sel abnormal hanya pada lapisan luar kulit, juga dikenal sebagai melanoma in situ.