Bone graft dapat berasal dari tulang pasien itu sendiri (autograft) maupun dari tulang hewan atau sintetik. Bonegraft sintetik (buatan), memiliki kelebihan dimana tidak ada resiko transmisi penyakit menular, mengurangi waktu dan risiko perdarahan saat operasi, serta secara suplai mudah dikelola.
"Kombinasi bone graft dengan growth factor memberikan efek sinergis pada pembentukan tulang baru yang berpengaruh pada percepatan pemulihan pasien," terang dr Adib.
Dalam kesempatan ini, Ketua Stem Cell and Tissue Enginering Cluster IMERI FKUI, Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT. (K), ada pula tindakan orthopedi yang disebut bone morphogenetic protein (BMP). Ini merupakan protein yang berperan penting dalam pembentukan dan regenerasi dari tulang dan tulang rawan.
"Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sendiri, sudah banyak penelitian yang memanfaatkan BMP-II dalam perannya sebagai agen osteoinduktif dan terbukti aman."
"Juga mampu memungkinkan durasi pembedahan yang lebih cepat, rendah risiko komplikasi ataupun donor-site morbidity, serta efektif dalam mentatalaksana patah tulang dan defek tulang kritis,” jelasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)