PRESENTER dan artis serba bisa Dorce Gamalama mengembuskan napas terakhir pada Rabu, 16 Februari 2022 di Jakarta. Ia meninggal saat tengah menjalani perawatan di rumah sakit akibat menderita Coovid-19.
Namun, sebelumnya Dorce juga bolak-balik masuk rumah sakit karena sakit diabetes yang ia derita. Selain penyakit tersebut, rupanya Dorce juga pernah mengidap demensia alzheimer. Lantas, apa itu penyakit alzheimer?

Melansir laman resmi Alzheimer’s Indonesia, penyakit ini merupakan penyebab utama dari demensia. Demensia adalah gejala yang terjadi saat otak dipengaruhi oleh penyakit tertentu.
Seseorang yang mengidap demensia akan kehilangan memori, mengalami pergantian suasana hati, dan menderita masalah dalam soal komunikasi.
Alzheimer sendiri pertama kali dikemukakan oleh Alois Alzheimer, seorang ahli saraf asal Jerman. Ia menjelaskan bahwa alzheimer adalah penyakit fisik yang sangat mempengaruhi otak. Jika terus dibiarkan, maka alzheimer akan menimbulkan demensia.
Orang dengan alzheimer akan kekurangan beberapa bahan kimia penting dalam otak. Bahan-bahan kimia yang minim di dalam otak ini sejatinya bertugas untuk mengirimkan pesan dalam otak. Penyakit tersebut bersifat progresif. Artinya, bertahap dari waktu ke waktu. Kondisi seseorang pengidap alzheimer juga bisa menjadi lebih parah.
Sebetulnya hingga saat ini belum ada penelitian resmi terkait faktor utama terjadinya alzheimer. Akan tetapi, banyak ilmuwan dunia yang mengatakan bahwa kemungkinan besar alzheimer diderita akibat beberapa faktor, seperti genetika, usia, lingkungan, gaya hidup, dan kesehatan secara umum.
Secara garis besar, mereka yang berusia lebih dari 65 tahun akan memiliki peluang besar untuk menderita alzheimer. Namun, tidak menutup kemungkinan pada generasi muda yang baru berusia 30 hingga 40 tahunan juga terkena penyakit ini.
Dalam laporan special yang digarap oleh Alzheimer’s Association bertajuk “Race, Ethnicity and Alzheimer’s in America” pada 2021, ada beberapa gejala klinis awal seseorang mengidap alzheimer. Di antaranya adalah kesulitan mengingat percakapan, nama dan peristiwa-peristiwa yang baru saja terjadi serta depresi.
Gejala selanjutnya, terjadi gangguan komunikasi, disorientasi, kebingungan, dan perubahan perilaku. Pada akhirnya, seseorang akan mengalami kesulitan melakukan komunikasi, termasuk untuk berjalan.