Ari kembali ke sekolahnya dulu
Perempuan muda berusia 27 tahun tersebut benar-benar tidak menyangka bahwa kehidupannya akan sangat menarik. Ya, sebagai pengajar muda, Ari ternyata ditempatkan sebagai guru Matematika honorer di SMP Negeri 2 Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, yang mana itu adalah sekolahnya dulu.
Ari yang dulunya murid, kini punya murid di almamater sekolahnya. Bahkan, ada beberapa guru dia saat sekolah, kini menjadi rekan kerjanya. Hal yang sangat menakjubkan bagi Ari.
Ari bangga sekali bisa menjadi guru honorer di sekolahnya dulu itu. Bahkan, dia kerap dipuji oleh guru-gurunya yang dulu karena mahir dalam beberapa hal.
Namun itu tidak kemudian membuat Ari besar kepala. Ia malah membalas pujian itu dengan kalimat yang menyentuh.
"Aku selalu bilang ke ibu atau bapak guru aku yang sekarang jadi rekan kerja aku bahwa aku bisa sampai di titik ini, ya, karena kalian. Jasa ibu dan bapak saat aku masih sekolah dulu luar biasa untuk aku sampai ada di sini," katanya.
Ia menambahkan, "Aku jadi guru seperti sekarang, ya, karena mereka. Aku sekarang bertugas sebagai guru honorer di sekolah aku dulu, tapi aku sudah membulatkan tekad bahwa aku mau jadi guru dan kembali ke sekolahku," lanjut Ari.
Ada di titik seperti sekarang bukan tanpa perjuangan yang panjang. Tekad Ari yang bulat untuk mau jadi guru pun bukan tanpa alasan. Itu semua bermula saat dirinya masih kecil. Kala itu ia susah memiliki seragam atau sepatu yang layak. Uang saku pun sangat terbatas.
Dari masalah itu, para guru Ari yang mengulurkan tangan, memberikan bantuan kepadanya. Lewat tangan guru-gurunyalah Ari bisa punya seragam sekolah bahkan sesekali dapat uang saku tambahan.
Peran guru yang tak hanya ada untuk muridnya di kelas saja itulah yang membuat Ari yakin bahwa profesi guru adalah mimpinya. Guru adalah cita-citanya dan karena itu ia ingin sekali menjadi guru.
"Aku tinggal di salah satu kampung di Magelang. Profesi yang aku lihat guru. Di situlah aku kayaknya merasa guru itu berwibawa, keren, setiap ditanya tahu jawabannya," ungkapnya.
"Tapi ada momen yang membuat aku tersentuh lebih dalam. Jadi, saat itu aku masih SD, enggak bisa beli seragam layak, sepatu bagus, mungkin uang saku kurang. Nah, guru-guruku orang pertama yang bantu aku, yang ngasih bantuan seragam, ngasih tambahan uang saku. Dari situ, aku bilang dalam hati, aku mau jadi guru. Sampai sekarang, cita-citaku mau jadi guru," katanya bangga.
Sebelum menutup sesi wawancara, Ari menitipkan pesan kepada anak muda di luar sana bahwa sehebat apapun kalian, kalian mau jadi apapun, ingatlah ilmu pertama itu selain dari keluarga, datang dari guru. Percayalah para guru itu tidak pernah meminta diberikan materi apapun.
"Guru-guru itu merasa bangga saat mereka melihat ada muridnya sukses dengan impian muridnya masing-masing, dengan bidangnya masing-masing. Guru itu tidak perlu kalian sebut namanya di setiap momen, karena guru cuma ingin lihat hidup kalian layak dan baik, serta kalian menjadi orang sukses," ucap Ari.
(Dyah Ratna Meta Novia)