Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

WHO Targetkan Endemi Meningtis Hilang

Pradita Ananda , Jurnalis-Rabu, 29 September 2021 |17:30 WIB
WHO Targetkan Endemi Meningtis Hilang
Sakit meningitis (Foto: Pexels)
A
A
A

RUPANYA Badan Kesehatan Dunia atau WHO memasang target besar jangka panjang terkait penyakit meningtis.

Mengutip Reuters, Rabu (29/9/2021), WHO dilaporkan telah menargetkan untuk bisa mengeliminasi atau menghilangkan bentuk penyakit meningitis paling mematikan di tahun 2030 atau kurang lebih 9 tahun dari sekarang.

 pasien meningitis

Bertekat untuk bisa menghilangkan penyakit mematikan tersebut di dunia, WHO memilih cara melalui peningkatan kesadaran dan akses ke pengobatan. Rencana skala global , “Global Roadmap to Defeat Meningitis by 2030” inilah yang diluncurkan oleh badan PBB pada hari Selasa 28 September kemarin demi memerangi penyakit inflamasi tersebut.

Dengan konsep mencegah jauh lebih baik daripada mengobati, program global ini disebutkan berfokus pada pencegahan infeksi, serta meningkatkan perawatan dan diagnosis bagi orang-orang yang tertular meningitis.

Program ini juga memasang target untuk mengurangi kematian akibat meningitis bakteri hingga 70 persen dan mengurangi separuh jumlah angka kasus secara keseluruhan.

Meningitis sendiri merupakan peradangan atau inflamasi berbahaya yang terjadi pada selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.

Meskipun biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus, disebutkan lebih lanjut penyakit meningitis yang disebabkan karena bakteri membunuh lebih banyak manusia daripada bentuk penyakit lainnya.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, penyakit mematikan ini sejatinya menggerogoti pengidapnya dalam waktu relatif singkat.

“Di mana pun itu terjadi, meningitis bisa mematikan dan melemahkan, menyerang dengan cepat. Mengakibatkan dampak kesehatan, ekonomi dan sosial yang serius, dan menyebabkan wabah yang menghancurkan," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Jika tidak diobati dengan cepat, penyakit yang umum melanda di lebih dari 20 negara di Afrika Sub-Sahara tersebut dinilai bisa menyebabkan epidemi yang menyebar cepat, membunuh satu dari 10 orang yang terinfeksi dan mengakibatkan satu dari lima orang dibiarkan dengan kondisi kronis bisa mengalami kejang, kehilangan pendengaran dan daya penglihatan, serta kerusakan saraf.

(Dyah Ratna Meta Novia)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement