"Maka perlu adanya penanganan secara behavior terapi di terapi dulu. Bagaimana pola pikirnya prilakunya kita buka prosesnya yang namanya psikoterapi," ucap Sumi Lestari kemarin.
Menurutnya, proses penyembuhan gejala fetish ini tak bisa diperkirakan waktunya. Waktu yang diperlukan biasanya tergantung gejala yang dialaminya, namun mayoritas kurun waktunya lebih dari satu dua tahun.
"Itu panjang nggak bisa setahun dua tahun, bisa lebih cukup panjang, karena sakitnya jiwa, bukan sakit fisik, kalau sakit fisik misalkan gatal pakai salep, kalau sakit jiwa jiwa mana yang akan diobati ini yang cukup membutuhkan waktu panjang," terang dia.
Pengajar di Prodi Psikologi Universitas Brawijaya Malang ini menerangkan, bila metode penelitian Single Subject Research (SSR) bisa dijadikan alternatif untuk menyembuhkan pengidap fetish tersebut.
"Terapi ini juga akan efektif untuk mereka yang mengalami gangguan fetish itu sendiri. Dan sebenarnya mereka yang mengalami gangguan fetish juga bukan keinginan mereka," ungkapnya.