Mata anak gajah itu tampak berputar liar, kepalanya terhuyung-huyung dari sisi ke sisi, ia juga berhenti bergerak hanya untuk meraih dan menggaruk tempat belalainya dulu. Gajah tersebut juga memekikkan suara yang menyayat hati.
Sejak saat itu, Mary merawat anak gajah itu sejak hari pertama dan masih melakukannya sampai sekarang. Sekarang, Mary adalah sosok yang penting dari gajah yatim piatu yang menghuni suaka di Reteti. Namun tanggung jawab Mary tidaklah mudah.
Mary dihadapkan pada seorang individu yang mendambakan cinta namun takut kontak karena itu mengakibatkan rasa sakit. Mary harus mengembangkan metode pemberian dukungan yang sama sekali berbeda untuk anak gajah itu.
Selain itu Mary juga membangun bahasa untuk berkomunikasi untuk memberi makan, mencuci, dan mandi lumpur. Metode ini sudah dilakukan terhadap gajah tersebut sejak jam-jam pertama setelah kedatangannya di Reteti.
(Martin Bagya Kertiyasa)