VARIAN baru Covid-19 yang berasal dari India atau yang lebih dikenal sebagai varian delta, memang diklaim lebih cepat menyebar. Di Indonesia sendiri, varian delta diduga menjadi penyebab meningkatnya angka penderita Covid-19.
Tapi, beredar postingan di Twitter oleh akun @Incredibhaarat, yang memposting narasi dari pernyataan seseorang ahli virologi dan pemenang Nobel Prize dari Prancis, Luc Montagnier, yang menyatakan bahwa vaksinasi dapat menyebabkan varian baru virus Corona.
Padahal, tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan vaksinasi dapat menyebabkan varian baru COVID-19. Para ahli berpendapat, varian baru COVID-19 disebabkan karena penyebaran infeksi COVID-19 yang masif. Berikut postingan yang beredar:

French Virologist & Nobel Prize Winner Luc Montagnier Says “Mass Vaccination’s An Unacceptable Mistake,Vaccination’s Creating New Variant’s Of Virus”.If You Look At The Graph Of Covid Case’s & Deaths It All Blasted After Innoculation Of Vaccines.@Voice_For_India@mariawirth1.
Postingan tersebut juga disertai video berdurasi 45 detik sebagai bukti. Dalam video 45 detik tersebut, ahli virologi dari Prancis Luc Montagnier menyatakan jika vaksinasi dapat menyebabkan varian virus Corona baru, Luc juga mengklaim bahwa tingginya vaksinasi di sebuah negara berbanding lurus dengan kenaikan jumlah pasien terinfeksi COVID-19.
Melansir Covid19.go.id setelah dilakukan penelusuran fakta terkait, sejumlah ahli menyatakan bahwa klaim vaksinasi akan menciptakan varian baru virus Corona adalah tidak benar.
World Health Organization (WHO) menjelaskan, vaksinasi tidak dapat menyebabkan virus Corona asli bermutasi menjadi varian baru. Hal yang menyebabkan virus Corona bermutasi adalah karena virus menyebar secara luas dalam populasi yang besar, serta menginfeksi banyak orang.
“Semakin banyak peluang yang dimiliki virus untuk menyebar, semakin banyak ia bereplikasi – dan semakin berpeluang untuk mengalami perubahan,” ungkap WHO.