Para ilmuwan fokus pada aktivitas gelombang lambat (slow-wave activity/SWA), sejenis perilaku otak yang menunjukkan seberapa dalam seseorang tertidur. Mereka menemukan pada malam pertama tidur, subjek secara konsisten lebih banyak dalam keadaan terjaga di separuh kiri otak mereka. Belahan kiri juga lebih sensitif terhadap suara-suara aneh.
Baca juga: Berbagai Risiko Gangguan Tidur yang Perlu Diwaspadai
Satu pekan kemudian ketika subjek kembali tidur di laboratorium, ada lebih banyak kesimetrian dalam aktivitas otak. Hal ini menunjukkan mereka telah terbiasa dengan lingkungan yang sekarang dikenalnya.
Meski begitu, para ilmuwan juga mengatakan FNE tidak selalu terjadi pada setiap manusia. Otak manusia sangat fleksibel. Bagi orang yang sudah biasa bepergian dan tinggal di tempat baru kemugkinan tidak lagi merasa kesulitan tidur.
(Hantoro)