Pasola dianggap berhasil apabila banyak darah yang tercucur. Darah tersebut dianggap bermanfaat untuk kesuburan tanah dan kesuksesan panen pada tahun tersebut. Menurut kepercayaan Marapu, apabila ada korban dalam pasola, korban tersebut mendapat hukuman dari para dewa karena telah telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan.
"Sedihnya Februari ini mereka memutuskan untuk menunda festival karena situasi pandemi saat ini. Alasan lain untuk kembali ke Sumba tahun depan! ️," tutup Raline.
Sebagai informasi tambahan, Pasola tidak dapat dilaksanakan tanpa mendapatkan nyale. Adat nyale adalah salah satu upacara rasa syukur atas anugerah yang didapatkan, yang ditandai dengan datangnya musim panen dan cacing laut yang melimpah di pinggir pantai.

Adat tersebut dilakukan pada saat bulan purnama dan cacing-cacing laut (nyale) keluar di tepi pantai. Para Rato (pemuka suku) akan memprediksi saat nyale keluar pada pagi hari, setelah hari mulai terang. Setelah nyale pertama didapat oleh Rato, nyale dibawa ke majelis para Rato untuk dibuktikan kebenarannya dan diteliti bentuk serta warnanya.
Konon, bila nyale tersebut gemuk, sehat, dan berwarna-warni, pertanda tahun tersebut akan mendapatkan kebaikan dan panen yang berhasil. Sebaliknya, bila nyale kurus dan rapuh, akan didapatkan malapetaka. Setelah penangkapan nyale baru boleh dilakukan oleh masyarakat.
(Salman Mardira)