AIR Namibia menjadi salah satu maskapai penerbangan yang menjadi korban dari Covid-19 yang dilarang terbang oleh pemerintah Namibia. Mereka telah menghabiskan dana lebih dari Rp7 triliun dalam beberapa tahun terakhir, untuk mendukung maskapai Air Namibia.
Sementara itu, para pejabat mengatakan kerugian tidak lagi bisa mereka tanggung pada saat krisis ekonomi seperti ini. Semua penerbangan Air Namibia telah dibatalkan dengan sekitar 10 pesawat diistirahatkan atau grounded.
Baca Juga: 2 Maskapai Uni Emirat Arab Terapkan Travel Pass, Ini Fungsinya
Selain itu, 644 karyawan maskapai yang didukung negara juga akan diberhentikan. Masing-masing dari mereka akan diberikan pesangon sebesar satu tahun gaji mereka.
Maskapai juga mengumumkan di platform media sosialnya, bagi pelanggan yang telah membeli tiket penerbangan menggunakan maskapai Air Namibia, diharapkan mendaftar untuk mendapatkan pengembalian uang.
Menurut Menteri Perusahaan Publik Leon Jooste, keputusan untuk menutup maskapai itu diambil setelah melalui berbagai pertimbangan. Ia juga mengatakan bahwa maskapai penerbangan nasional itu tidak menguntungkan dan belum memberikan keuntungan sejak didirikan.
"Biaya ekonomi bersih dari operasi Air Namibia jauh melebihi keuntungan bersih. Karenanya tidak dapat dipertahankan," kata Jooste seperti dikutip dari Breaking Travel News.
Ia menambahkan, pada tahap ini, ekonomi negara tidak dapat lagi terus-terusan memberi dukungan keuangan kepada Air Namibia dengan mengorbankan pertumbuhan ekonomi dan layanan sosial.
Pemerintah setempat juga telah mempertimbangkan semua opsi lain yang mencakup keterlibatan dengan maskapai penerbangan lain untuk kemitraan investasi potensial dan berbagai rencana bisnis untuk mengubah haluan perusahaan mereka.
Menurut laporan pers lokal, biaya likuidasi Air Namibia diperkirakan sebesar Rp 1,9 triliun.
(Dewi Kurniasari)