PENYAKIT Diseksi Aorta (DA) memang belum terlalu familiar, tapi penyakit ini cukup mematikan karena memiliki komplikasi yang berat. Orang dengan hipertensi tak terkontrol merupakan kelompok rentan penyakit tersebut.
Dijelaskan Dokter Sub-Spesialis Intervensi Kardiolog dan Vaskular Heartlogy Cardiovascular Center Brawijaya Hospital Saharjo dr Suko Adiarto, Sp.JP (K), ketika pasien hipertensi tekanan darahnya tidak terkontrol, maka risiko penyakit DA menjadi sangat tinggi.
"Ini terjadi karena semakin tinggi tekanan darah pasien, maka risiko robeknya aorta semakin tinggi. Kalau sudah sobek, pasien bisa meninggal dunia," terang dr Suko dalam sesi webinar.
Untuk mengatasi penyakit DA, salah satu rekomendasi yang diberikan adalah operasi hybrid. Tata laksana ini melibatkan banyak tenaga ahli, teknologi terkini, dan menjanjikan hasil yang lebih baik.

Ahli Bedah Thoraks dan Kardiovaskular Heartology Cardiovascular Center Brawijaya Hospital Saharjo dr Dicky Aligheri Wartono, Sp.BTKV (K) menceritakan bahwa dirinya pernah menangani pasien perempuan, 68, datang dengan keluhan nyeri dada, sesak napas dan memiliki riwayat stroke.
Hasil CT-scan menunjukkan kombinasi diseksi aorta dengan robekan dari pangkal aorta jantung hingga ke aorta di perut. "Robekan yang ada menimbulkan gejala nyeri dada mirip dengan serangan jantung. Robekan juga melibatkan cabang aorta yang menuju pembuluh darah ke otak sehingga gejala yang muncul menyerupai stroke," terangnya.
Dari hasil diskusi tim Dokter Heartology yang terdiri dari Dokter Jantung dan Bedah Jantung, diputuskan untuk melakukan Operasi Hybrid, yang terdiri dari tiga prosedur, yaitu:
Pertama, Total Arch Replacement yaitu penggantian bagian aorta ascenden dan arcus aorta dengan menggunakan prostetic graft (graft buatan). Lalu, Elephant Trunk atau pemasangan graft untuk mempermudah prosedur stentings selanjutnya dan Thoracic Endovascular Aortic Repair (TEVAR) atau pemasangan stent graft pada descending aorta.