SETIAP 27 September ditetapkan sebagai Hari Pariwisata Sedunia. Tahun ini, perayaan tersebut mengangkat tema "Pariwisata dan Pembangunan Pedesaan".
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan, tema tersebut sebetulnya sejalan dengan misi pariwisata Indonesia. Bahkan berkunjung ke desa juga bisa turut menjaga lingkungan.
"Ini sejalan dengan upaya untuk membangun kembali wisata Indonesia dengan aman, adil, dengan cara ramah lingkungan," tulis Wishnutama di akun Instagram pribadinya.
"Semoga semangat optimisme dan bahu membahu melewati masa pandemi terus menyala, agar pariwisata kita segera #BangkitUntukIndonesiaMaju. Happy World Tourism Day! Tourism and Rural Development", tambahnya.
Nah, mumpung masih dalam suasana peringatan Hari Pariwisata Sedunia, berikut Okezone rangkumkan 5 Desa Wisata di Indonesia yang paling diburu wisatawan domestik maupun mancanegara.
Desa Sasak Sade, Lombok
Desa Sade merupakan sebuah desa yang masih menjadi pemukiman orang Suku Sasak yang pertama kali menduduki pulau Lombok ratusan tahun lamanya. Hingga kini mereka hidup tenteram dan damai Desa Sade.
Jika Anda ke sini, sekejap mata akan dimanjakan dengan pemandangan cantik dari rumah-rumah di Desa Sade. Atap indah bercampur dengan bambu menjadi ciri khas rumah di desa tersebut.
Baca Juga: Berwisata di Chinatown Singapura, Ini 5 Hal Bisa Anda Dilakukan
Ada tiga jenis rumah yang digunakan sebagai pemukiman Suku Sasak di Desa Sade. Mulai dari rumah Bale Tani, Bale Bonter, dan Bale Kodong. Bila tertarik mengulik keunikan Desa Sade, lokasinya berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Desa Kete Kesu, Toraja
Kete Kesu adalah sebuah desa wisata yang dikenal karena adat dan kehidupan tradisional masyarakatnya. Di tempat ini, Anda dapat menjumpai deretan rumah Tongkonan yang dihiasi dengan berbagai ukiran tradisional khas Toraja.
Pada bagian depan rumah, terdapat patung kepala kerbau yang memiliki 3 warna yakni, putih, hitam, dan belang atau biasa disebut bule. Beberapa tongkonan juga terdapat tambahan kepala ayam atau naga, yang menandakan bahwa pemilik rumah tersebut dituakan di tempat itu.
Setelah puas melihat Tongkonan, Anda bisa langsung mengunjungi kuburan batu yang terletak di belakang rumah tersebut. Di sini, terdapat pemakaman adat yang sebagian besar jenazahnya terlihat jelas di atas maupun bagian bawah tebing.
Selain itu, ada pula gua-gua kecil yang berisikan peti mati tradisional (erong) yang menyerupai perahu, namun ada pula yang berbentuk kerbau dan babi dengan pahatan atau ukiran yang menghiasi. Uniknya, kuburan batu ini diperkirakan berusia 500 tahun lebih. Untuk mengunjungi objek wisata ini, Anda hanya perlu menempuh jarak 4 km dari kota Rantepao.
Desa Wisata Penglipuran, Bali
Di Desa Penglipuran, wisatawan mendapatkan pengalaman berbeda yang sungguh unik, dan jarang ditemukan, di mana rumah-rumah khas Bali tempo dulu masih bisa terasa, dan dilihat di sana.
Udara sejuk akan menyergap tubuh Anda selama berada di Desa Penglipuran. Nuansa pedesaan yang begitu asri memang layak untuk disambangi.
Nama penglipuran sendiri diambil dari bahasa Pengeling Pura yang bermakna tempat suci. Sebab dari ujung pintu masuk hingga akhir perjalanan di desa, terjajar pura di setiap bangunan.
Tak heran jika desa ini semakin banyak dilirik wisatawan terlebih menjadi destinasi terbaik di dunia di awal tahun 2017. Jika tertarik untuk pergi ke sini, wisatawan lebih baik datang saat sedang dilaksanakan upacara galungan, Anda akan melihat hiasan-hiasan menarik di rumah-rumah penduduk.
Desa Wae Rebo, Flores
Desa Wae Rebo, yang terletak di kawasan Flores, NTT kini semakin banyak diminati karena masih mempertahankan rumah tradisional dan memiliki keindahan budaya.
UNESCO pun pernah menobatkan desa ini sebagai Warisan Asia Pasifik di 2012. Desa yang kecil dan terisolasi ini memiliki rumah tradisional yang disebut sebagai Mbaru Niang.
Desa Wae Rebo berlokasi di ketinggian 1000 meters dari permukaan laut. Berkat lokasinya itulah, udara di desa ini terasa sangat segar, sejuk, dan dihiasi pemandangan alam yang asri.
Selain itu, di dekat Desa Wae Rebo juga terdapat hutan Todo yang menghadirkan panorama alam yang spektakuler seperti kebun anggrek dan kicauan burung-burung yang merdu.
Keunikan dari rumah di Desa Wae Rebo ini terletak dari bentuk dan atap yang ditutupi oleh daun Lontar. Rumah ini punya lima level, setiap level didesain dengan tujuan spesifik.
Lantai pertama disebut sebagai lutur atau tenda yang ditinggali oleh keluarga. Sedangkan lantai dua, disebut sebagai lobo digunakan untuk menyimpang makanan, dan barang berharga, level ketiga disebut sebagai lentar menjadi tempat penyimpanan hasil perkebunan, lantai empat disebut sebagai lempar rae untuk makanan kering, dan lantai teratas disebut sebagai hekang kode, mejadi tempat terseram untuk persembahan bagi leluhur. Menarik bukan?
(Dewi Kurniasari)