Dalam penelitian sebelumnya, Dr Han menemukan bakteri tersebut dinilai paling agresif, dan membuat molekul yang disebut FADA adhesion sehingga merangsang pertumbuhan sel kanker. Kini F. nucleatum dapat berinteraksi dengan sel kanker dan turut merangsang kanker usus.
Bakteri tersebut, membuat sel-sel usus non-kanker kekurangan protein. Akibatnya, tubuh memproduksi protein berlebih untuk memenuhi kekurangan tersebut dan dapat berdampak negatif untuk pertumbuhan sel kanker.
Para ahli yang terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, mencegah bakteri F. nucleatum ke sel kanker dapat mengurangi risiko kanker usus. Oleh karenanya pertumbuhan bakteri itu harus diperlambat dengan cara rajin menggosok gigi minimal dua kali sehari. Dengan begitu, produksi protein juga tidak terjadi secara signifikan.
"Kami mengidentifikasi umpan balik yang positif untuk menghambat perkembangan kanker usus. Kami mengusulkan model dua-hit, di mana mutasi genetik adalah hit pertama. Menghambat pertumbuhan bakteri F. nucleatum adalah hit kedua karena bakteri itu dapat mempercepat jalur pensinyalan kanker dan mempercepat pertumbuhan tumor,” pungkas Dr Han.
(Martin Bagya Kertiyasa)