Tim Kings College London menemukan sekira 60 persen pasien yang dites positif telah kehilangan indra penciumannya. Sementara pada orang yang hasil tesnya negatif, hanya 18 persen yang memiliki gejala anosmia.
Karena itu, Claire menyimpulkan siapapun yang mengalami kehilangan indra penciuman, maka harus mengisolasi diri dan segera melakukan tes COVID-19. Sayangnya, belum ditemukan timeline waktu yang tepat dan pasti anosmia bisa terjadi.
Di satu pasien bisa terjadi duluan sebelum disusul oleh gejala lainnya. Sedangkan pada pasien lainnya bisa terjadi di sekira waktu yang sama dengan gejala lainnya. Begitu juga di beberapa pasien, kehilangan indera penciuman dialami setelah gejala COVID-19 lainnya muncul.
Kehilangan kemampuan mencium aroma yang terjadi saat sakit flu biasa ini berbeda, sebagian besar pasien COVID-19 disebutkan tidak mengalami penyumbatan. Tetapi pada pasien COVID-19, bagian resepstor jadi salah satu bagian tubuh yang dirusak oleh virus.
"Virus corona dapat merusak saraf dan kemudian berjalan di sepanjang saraf penciuman lalu ke bagian olfactory bulb. Sekarang untungnya, saraf penciuman memiliki kemampuan untuk pulih. Itulah sebabnya mereka digunakan dalam penelitian untuk cedera tulang belakang, sehingga dapat beregenerasi dan indra penciuman bisa kembali," pungkas Claire.
(Helmi Ade Saputra)