Tapi lama-kelamaan permintaan Liang yang meminta Wiwid berhenti bekerja pun semakin keras. Beberapa perdebatan dan pertengkaran kecil pun kerap mewarnai rumah tangga mereka. Hingga pada akhirnya Wiwid pun mengalah dan memutuskan untuk resign dari tempat kerjanya untuk menghindari konflik dalam kehidupan rumah tangga.
Liang pun bukan tanpa sebab meminta Wiwid keluar dari pekerjaan. Ia berharap dengan resign menjadi guru, Wiwid bisa lebih konsenterasi melakukan tugasnya sebagai istri sekaligus seorang ibu bagi anak kesayangannya. Kebetulan saat itu kondisi Liang cukup baik dan mampu untuk menafkahi kehidupan keluarganya.
Setelah memenuhi keinginan Liang, Wiwid pun menjadi seorang ibu rumah tangga seutuhnya. Puluhan tahun dia menjalani kehidupan bersama Liang, hingga suatu saat kondisi ekonomi keluarga tersebut mulai goyang. Liang pun meminta Wiwid untuk kembali mencari pekerjaan untuk bisa membantu penghasilan rumah tangganya.
Sayang kendala usia dan pengalaman mengajar yang sudah semakin luntur terkikis oleh waktu membuat Wiwid sulit untuk kembali dalam dunia keguruan seperti cita-citanya. Kemampuan dan pengalaman Wiwid seakan hilang layaknya seekor anak ayam yang baru menetas.
Wiwid pun mengimbau kepada para wanita lainnya supaya tetap berkarier sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Hanya saja seorang wanita harus bisa tegas dan berkomitmen antara tugas rumah tangga serta tanggung jawab mengasuh anak dengan seimbang. Ia pun mengimbau para wanita bisa belajar dari kesalahan yang dialaminya di masa lalu.
(Helmi Ade Saputra)