Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Meninggal Dunia dengan Harga Diri

Martin Bagya Kertiyasa , Jurnalis-Kamis, 05 September 2019 |04:33 WIB
Meninggal Dunia dengan Harga Diri
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

Saat ini, hampir 75 persen pasien yang ikut merupakan penderita kanker stadium lanjut yang sangat sulit diobati. Berdasarkan data Asisi Hospice, sebanyak 27 persen dari pasien berusia 71-80 tahun, 25 persen berusia 81-90 tahun, 21 persen berusia 61-70 tahun, dan sebanyak 21 persen berusia 60 tahun ke bawah. Sedangkan 7 persen sisanya, berusia di atas 90 tahun.

Nah, untuk membantu para pasien tersebut, mereka pun memiliki perawat dan juga relawan yang mumpuni. Beroperasi dengan dana sekira 20 juta dolar Singapura per tahun, 60 persen dari biaya tersebut merupakan donasi, dengan 30 persen dari pemerintah, sisanya adalah "ongkos" dari para pasien yang dirawat, sebesar 10 dolar Singapura per hari, atau sekira Rp100 ribu.

Selain pengobatan, mereka pun akan diajarkan berbagai macam kegiatan, mulai dari menanam pohon sampai bermain berkelompok oleh para relawan.

Menurut Juliet, para relawan dan perawat yang menemani para pasien pun kerap mengalami kedekatan emosional dengan para pasiennya. Bahkan, ketika para pasiennya meninggal tidak jarang akan mengganggu mental para perawat.

Lantas bagaimana cara mereka berhadapan dengan kematian, terutama setelah mereka dekat dengan pasien? "Pertama, mereka selalu bekerja berkelompok dengan orang yang sama sepanjang waktu," katanya.

Bahkan, ketika para pasiennya meninggal tidak jarang akan mengganggu mental para perawat.

Jadi, ketika mereka merawat semua pasien, mereka pun akan mengadakan pertemuan medis, berdiskusi dengan dokter dengan pelayanan pastoral klinis, dan para pekerja sosial. Bahkan, tidak jarang konseling pun dibutuhkan ketika mereka berhadapan dengan kematian tersebut.

"Tentu mereka sangat emosional. Mereka akan menjadi emosional, terutama jika yang meninggal adalah anak kecil. Mereka akan menjadi sangat emosional," katanya.

Jika sudah begitu, para perawat tersebut pun bebas berkonsultasi dengan siapa pun yang mereka anggap bisa meringankan beban tersebut. Bahkan, jika mereka ingin berbicara dengan manager, mereka bisa langsung melakukannya.

"Tidak ada kita harus bicara hanya pada orang ini, tidak ada hal seperti itu. Bagi kami, ketika mereka menemukan orang yang Anda tepat, maka mereka bebas untuk meluapkan isi hatinya," jelas dia.

Manajer perawat pun berhak untuk mengajukan konseling terhadap perawat Junior kepada para penasihat. "Pekerja sosial kita sendiri, pun seorang profesional, konsultan yang berkualitas. Jadi sumber daya tak terbatas dan sumber daya eksternal tersedia untuk perawat kami," katanya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement