Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Fenomena Budak Cinta, Banyak yang Stres Karena Ditinggal Pasangan

Muhammad Sukardi , Jurnalis-Jum'at, 19 April 2019 |13:27 WIB
Fenomena Budak Cinta, Banyak yang Stres Karena Ditinggal Pasangan
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

MEMBACA cuitan netizen di media sosial akan membuat Anda sadar kalau urusan cinta sekarang ini tidak lagi semudah nenek moyang menjodohkan anaknya dengan seseorang yang dianggap layak. Cinta di era sekarang lebih kompleks dan masalah yang terjadi pun tak bisa dianggap candaan anak ingusan.

Beberapa kasus memperlihatkan di mana cinta sekarang itu menjadi hal yang krusial. Pacar Anda rela membunuh Anda jika Anda ketahuan selingkuh, atau pacar Anda rela bunuh diri karena cinta tak bisa diteruskan. Depresi menjadi dampak yang dikhawatirkan di kisah percintaan milenial.

Masalah seperti stres karena ditinggal saat sedang sayang-sayangnya juga semakin banyak dialami milenial. Anda mungkin juga tidak asimg dengan kalimat itu dan siapa sangka kalau itu benar terjadi dan beberapa di antara mereka yang mengalaminya sampai mengalami stres hingga depresi.

Lantas, kenapa hal ini bisa terjadi? Bisakah seseorang terlepas dari dampak merugikan ini jika mereka mengalami kasus yang sama? Psikolog Diana Rohayati coba mengupas tuntas fenomena yang sekarang ini banyak dialami para bucin atau budak cinta.

Baca Juga: Pangeran Harry Marah Dengar Ucapan William Tentang Meghan Markle, Kenapa Ya?

Menurutnya, sesuai dengan teori hirarki kebutuhan Maslow, setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman, tiap manusia memiliki kebutuhan kasih sayang yang meliputi mencintai dan dicintai. Kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan berteman, menjalin hubungan dekat, dan pernikahan.

Ketika dalam pernikahan terjadi perselingkuhan, dengan hadirnya orang ketiga, dalam hal ini pria atau perempuan lain, tentu kebutuhan kasih sayang yang sudah didapat ini menjadi terancam hilang karena beralih pada pihak lain tersebut.

Kasih sayang yang sudah diberi dengan tulus namun tidak lagi mendapat balasan kasih sayang dari pasangan menyebabkan kondisi yang tidak nyaman, kecewa, dan adanya usaha-usaha untuk tidak memenuhi kebutuhan tersebut lagi dengan berbagai cara.

"Kondisi ini dapat membuat korban perselingkuhan merasa tertekan, belum lagi jika turut dipersalahkan menjadi penyebab perselingkuhan karena salah satu pihak kurang bisa menimbulkan kepuasan dalam perkawinan sehingga pasangan mencari dari pria atau perempuan lain. Keadaan tertekan spt itu menyebabkan terjadinya stres," tegas Psikolog Diana kepada Okezone.

Stres yang dirasakan tersebut dapat menjadi semakin parah atau tidak tergantung dari usaha individu menghadapi sumber stres yang dalam hal ini adalah perselingkuhan atau memang ditinggalkan tanpa alasan jelas padahal kondisi Anda dan pasangan sepertinya sedang sayang-sayangnya.

Baca Juga: Ada Suara Anak Ayam di Malam Hari? Mungkin Itu Salah Satu Tanda Kuntilanak Lewat!

Dalam teori penilaian kognitif tentang stres, ada dua tahap penilaian yang dilakukan oleh manusia ketika sedang mengalami stres, menurut Lazarus dan Folkman (1984), yaitu primary appraisal dan secondary appraisal.

Penilaian tahap awal (primary appraisal) yang dilakukan oleh individu pada saat mulai mengalami suatu peristiwa dibagi dalam tiga tahap, yaitu irrelevant, benign-positive, dan stressful.

Perselingkuhan dapat menimbulkan stressful ketika individu tidak lagi memiliki kemampuan secara personal untuk menghadapinya. Sebagai akibatnya individu akan mengalami harmful, threatening, dan challenging.

Pada kasus istri atau perempuan bucin yang mementingkan kesetiaan dan korban perselingkuhan, dapat mengalami konflik antara tetap bertahan dalam perkawinan karena masih mencintai suami dan anak-anak atau mereka ingin segera bercerai karena perbuatan suami telah melanggar prinsip utama perkawinan mereka (Snyder, Baucom, & Gordon, 2008).

Konflik ini pun pada akhirnya dapat meningkatkan stres yang ada sehingga mengacu pada depresi. Nah, agar stres tidak berkepanjangan dan menjadi depresi, Psikolog Diana coba menjelaskan ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika menghadapi perselingkuhan, yaitu

1. Sadari dan terima masalah

Dengan menyadari dan tidak mengelak atau menolak masalah, solusi selanjutnya akan lebih mudah ditemukan agar stres yang ada tidak berkepanjangan.

2. Tenangkan diri

Tenangkan diri dengan beribadah, meditasi, relaksasi, mengungkapkan perasaan dengan bercerita pada orangtua atau teman yang tepat, atau pun melakukan hobi seperti traveling, menulis, melukis, dan olahraga agar tidak terbawa dan berlarut-larut dalam emosi negatif dan mampu memikirkan solusi selanjutnya serta dapat mengambil keputusan yang tepat atas perselingkuhan yang terjadi

3. Dapatkan social support

Pertemanan yang terjalin dan masukan-masukan yang didapat dari lingkungan bisa memberi kekuatan untuk bangkit dan lepas dari stres negatif.

4. Maafkan dan jangan dendam pada pasangan

Sulit memang memaafkan pasangan yang telah menyakiti dan membuat kecewa. Namun dengan memaafkan, sesungguhnya telah menolong diri sendiri dengan melepaskan emosi-emosi negatif yang berperan pada stres yang negatif. Pemaafan dilakukan dengan pemahaman atas perilaku para pelaku, empati terhadap orang-orang yang mereka sakiti, ekspresi spt penyesalan dan penyesalan (Worthington, 2005).

5. Mengikuti konseling

Jika dirasa diri tidak mampu melakukan coping, maka ada baiknya mengikuti konseling dengan psikolog yang akan membantu menurunkan atau bahkan melepaskan stres negatif yang ada.

(Martin Bagya Kertiyasa)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement