Kemudian, Hadits Sahih Al-Bukhari 2.654 Diceritakan oleh Aisha, menjelaskan;
"Saya bertanya kepada Nabi (saw) apakah dinding bundar (dekat Ka'bah) adalah bagian dari Kakbah. Nabi (saw) menjawab dengan tegas, iya.
Saya lebih lanjut berkata, "Apa yang salah dengan mereka, mengapa mereka tidak memasukkannya ke dalam bangunan Kakbah?"
Dia (saw) berkata, "Apakah kamu tidak melihat bahwa umatmu (Quraisy) kehabisan uang (sehingga mereka tidak bisa memasukkannya ke dalam bangunan Kakbah)?"
Saya bertanya, "Bagaimana dengan gerbangnya? Mengapa begitu tinggi?" Dia (saw) menjawab, "Umatmu melakukan ini untuk mengakui ke dalamnya siapa pun yang mereka sukai dan mencegah siapa pun yang mereka sukai."
"Apakah kaummu tidak dekat dengan periode ketidaktahuan pra-Islam (yaitu mereka baru saja memeluk Islam), dan Saya tidak takut mereka akan membencinya, pasti saya akan memasukkan (area) dinding di dalam bangunan Kakbah dan saya akan menurunkan gerbangnya ke tingkat tanah."
Memang, para penjaga Kakbah pada umumnya menutup pintu Kakbah, tetapi kadang-kadang mereka membukanya untuk tamu istimewa. Jika seorang mukmin mendapat kesempatan, dia dapat memasuki Kakbah dan berdoa di dalam Kakbah.
Hal ini yang kemudian diberikan kepada Presiden Joko Widodo dan keluarga. Dia dianggap sebagai tamu istimewa dan mendapat kesempatan luar biasa untuk bisa melihat langsung isi Kakbah.
Lantas, bagaimana dengan dinding setengah lingkaran di dekat Kakbah yang disebut hateem?
Umumnya, bangunan ini terbuka untuk semua umat dan mengingat hadits Rasulullah (saw), bangunan ini dianggap sebagai bagian dari bangunan Kakbah. Seseorang dapat salat di area ini jika diinginkan, karena itu akan dianggap salat di dalam Kakbah.
Jadi, jika Anda tidak memiliki kesempatan yang sama seperti Jokowi dan keluarga, maka berdoalah di bangunan setengah lingkaran atau hijr Ismail yang ada di sekitar Kakbah, ganjarannya sama seperti salat di dalam Kakbah.
(Martin Bagya Kertiyasa)