"Sebetulnya bakterinya survive pada suhu 37 derajat Celcius dalam kondisi tertentu. Daerah-daerah tropis Khatulistiwa itu banyak sekali pasiennya. Karena di daerah itu bakterinya pada mampu hidup dan berkembang biak," ujar dr Sri di sela temu media Peringatan Hari Kusta Sedunia di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Kamis (7/2/2019).
Dokter Sri menambahkan, kendala lainnya dalam penanganan kusta adalah penyakit itu tergolong sangat mirip dengan penyakit kulit lain. Salah satunya mirip dengan eksim, sehingga pengidapnya cenderung mengabaikan dan jadi tidak terdiagnosa cepat.
Kemudian saat pasien sudah terdiagnosa, tapi malah enggan berobat. Apalagi kalau di awal sakit sudah kena stigma dari orang lain di lingkungan sekitarnya.
"Untuk obat harganya memang mahal, tapi kita sudah dibantu WHO, gratis. Semua pasien dapat obat ini di puskesmas asal mau datang," tutur dia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung dr Wiendra Waworuntu, M.Kes menambahkan, di daerah-daerah tertentu yang belum tereliminasi salah satu kendala yang dihadapi ialah sulitnya akses transportasi dan minimnya petugas kesehatan.