Di kesempatan sama, Duta Wisata Ponorogo Najih Muhammadiy menjelaskan, selain sebagai karya seni reog kental dengan legenda yang melekat, yakni percintaan Dewi Songgo Langit dan Prabu Sewandono. "Di aksara Jawa reog asalnya dari bunyi ro yo go, yang kemudian dibaca reog dalam Bahasa Indonesia," ucap Najih.
Sementara, di beberapa daerah masyarakat Jawa mengartikan reog sebagai ramai, karena asal katanya riyek atau diartikan ramai, kalau dilihat dari sisi penontonnya. Najih menambahkan, grup reog biasanya disewa untuk acara tradisional sampai ritual masyarakat sehari-hari, seperti hajatan pernikahan, bersih desa, festival budaya sampai acara penting lainnya.
Saat pertunjukan reog dihelat, melibatkan 25-100 orang atau seniman reog. Biasanya di Ponorogo tak cuma melibatkan kalangan orang tua, tetapi juga anak-anak diajari menari.
Satu kali pertunjukan butuh durasi sekira 30 menit sampai sang pemain reog puas menghibur penonton. Nah, kalau mampir ke Ponorogo jangan lupa menonton reog ya!
(Martin Bagya Kertiyasa)