Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kenapa Sih Orang Susah Mengakui Kesalahan? Begini Penjelasan Ahlinya

Muhammad Sukardi , Jurnalis-Rabu, 21 November 2018 |10:44 WIB
Kenapa <i>Sih</i> Orang Susah Mengakui Kesalahan? Begini Penjelasan Ahlinya
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

SAAT Anda disudutkan pada satu momen di mana Anda dimintai kejujuran, ada pertimbangan besar yang akhirnya muncul. Asumsi diri sendiri hadir sebagai bentuk "penyelamatan" sosial.

Hal ini yang kemudian membuat Anda enggan bicara jujur dan sulit mengakui kesalahan yang Anda perbuat dengan sadar. Kondisi ini bukan sesuatu yang positif tapi masih banyak dilakukan, tahu kenapa?

Menurut Psikolog Dr. Tim Sharp, Chief Happiness Officer di The Happiness Institute, mereka yang melakukan hal ini berpikir, ketika mereka salah maka lingkungan akan menjauhinya bahkan membungkamnya dari sosial.

Pada beberapa orang, sambungnya, mengakui bahwa mereka berbuat salah dapat membangkitkan kecemasan psikologis yang mendalam mengenai risiko atau konsekuensi terkait dengan kehilangan atau kegagalan.

Baca Juga: Pernah Disinggahi Nabi Muhammad SAW, 5 Tempat Ini Sekarang Jadi Destinasi Wisata Religi

"Saya pikir alasan sebagian orang tidak dapat meminta maaf sebenarnya bukan karena mereka tidak suka salah, tetapi karena itu dilihat sebagai kesalahan karakter yang melekat," terang Sharp, seperti dikutip Okezone dari New York Post, Rabu (21/11/2018).

Sharp melanjutkan, untuk sikap non-apologis, kebutuhan irasional untuk selalu "sempurna" mengatur ego mereka dan mereka merasa kesalahan mereka tidak bisa dimaafkan.

Ini yang kemudian menciptakan konsep berpikir; Kesulitan dalam mengakui kegagalan sebagian besar berasal dari harapan yang tidak realistis bahwa 'Saya harus melakukannya dengan benar sepanjang waktu'. Sharp berpendapat bahwa tidak pernah mengakui kesalahan membuatnya terlihat lebih kuat.

"Untuk beberapa orang, meminta maaf terkesan melemahkan citra diri. Tapi, yang mesti digarisbawahi di sini ialah seorang pemimpin atau dia yang berjiwa besar adalah orang yang mau mengakui kesalahannya sendiri," ungkap Sharp.

Baca Juga: Gigiti Sandal Majikannya, 2 Anjing Ini Dihukum Layaknya Anak-Anak

Lebih lanjut, ada beberapa penelitian yang sangat menarik bahwa pemimpin yang mengekspresikan kerentanan dan lebih terbuka untuk menjadi tidak sempurna cenderung lebih dihormati. Menurut Sharp, rasa tanggung jawab bos yang mendalam dapat menginspirasi orang untuk menganggap mereka sebagai "sangat dipercaya" dan menyulap tingkat keterlibatan dan produktivitas yang lebih tinggi.

"Ini masuk akal karena jika seseorang berkata; Saya 100 persen sempurna, saya 100 persen benar sepanjang waktu, mahal bikin dia sangat sulit dipercaya," kata sang psikolog .

“Saya sulit mempercayai orang itu karena tidak ada orang yang saya kenal 100 persen sempurna. Sedangkan seseorang yang mengatakan, 'Kamu tahu, saya akan melakukan yang terbaik, tapi saya juga bisa berbuat kesalahan kadang-kadang, dan jika itu terjadi, saya minta maaf tapi saya akan mencoba memperbaikinya,' bagi saya itu lebih bisa dipercaya. Saya akan lebih percaya pada orang semacam itu," tegas Sharp.

Satu hal yang mesti diperhatikan juga, orang logis akan mencari fakta dan informasi dan ini yang menjadi bekal keputusannya. Menurutnya, banyak orang membuat keputusan mereka berdasarkan lebih banyak emosi.

"Sekarang masalahnya muncul ketika Anda mencoba untuk berbicara logis kepada orang yang emosional, karena itu tidak akan dipakai, Anda berbicara bahasa yang berbeda. Inilah sebabnya mengapa dua belah pihak mungkin semakin sulit untuk berkomunikasi atau menemukan kesamaan. Jadi, pastikan semua berdasarkan logika bukan sekadar emosi belaka," tambah Sharp.

(Martin Bagya Kertiyasa)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement