Fakta lainnya ditemukan bahwa kelompok yang diminta mengurangi bohong, berisiko tiga sampai empat kali lebih sedikit mengalami gangguan kesehatan mental dan fisik dalam waktu seminggu dibandingkan kelompok yang tidak diminta tidak berbohong. Kelompok tanpa bohong juga mengaku hubungan pribadinya juga semakin membaik dan interaksi sosial semakin lancar.
Menariknya, beberapa responden berhasil menemukan cara cerdas untuk menghindari berkata bohong. Salah satunya dengan mengatakan prestasi sebenarnya yang dicapai dalam keseharian tanpa harus membesar-besarkan pencapaiannya. Untuk mengalihkan perhatian penanya, sebagian responden menanggapi pertanyaan yang menyulitkan dengan pertanyaan lain.
Kemudian, beberapa responden juga berhenti membuat-buat alasan palsu atas keterlambatan atau kegagalannya saat menyelesaikan tugas. "Saya kira berbohong dapat menimbulkan banyak stres, menyebabkan kecemasan dan bahkan depresi. Mengurangi kebohongan tidak hanya baik untuk hubungan, tapi juga baik untuk diri sendiri. Kebanyakan orang tahu dampak buruk dari berbohong terhadap hubungan, tapi tidak mengenali sejauh mana kebohongannya itu dapat menyebabkan stres," kata Dr Bryan Bruno, psikiater di Lenox Hill Hospital di New York City.
Kelly menjelaskan, penelitiannya berbeda dari literatur ilmiah lainnya karena tidak berfokus pada cara mendeteksi kebohongan, namun menekankan pada dampak kesehatan yang disebabkan dari berbohong.
(Santi Andriani)