KASUS kebohongan Ratna Sarumpaet menjadi buah bibir di masyarakat Indonesia. Apa yang dia lakukan telah mencoreng namanya sendiri, bahkan mempermalukan pihak lain yang sempat membelanya.
Mengaku sebagai 'Pencipta Hoax Terbaik', tentu ini berkaitan dengan kemampuan khayalan dan imajinasinya. Kebohongan yang tercipta pun akhirnya menjadi pembahasan yang menarik, salah satunya terkait motif apa yang mendasari dia melakukan hal tersebut.
Sekali pun Ratna mengaku bahwa apa yang dia lakukan atas dasar bisikan setan yang dia pun tidak tahu dari mana datangnya, tapi, bagaimana kemudian psikolog melihat kasus kebohongan ini?
Okezone coba menanyakan kasus kebohongan Ratna Sarumpaet ini pada Psikolog Meity Arianty, STP., M.Psi. Menurutnya, apa yang dilakukan Ratna Sarumpaet (RS) adalah tindakan kebohongan yang merugikan banyak orang, tidak hanya anaknya. Namun, sebelum itu, Psikolog Mei coba menjelaskan kebohongan tersebut secara lebih luas dulu.

Psikolog Mei coba menjelaskan perilaku berbohong berdasar pendapat Mahon, J.E (2008) di mana dijelaskan di sana bahwa perilaku berbohong itu adalah satu bentuk ketidakjujuran atau kecurangan dalam bentuk pernyataan atau perbuatan yang tidak dapat dipercaya.
"Biasanya diiringi dengan niat untuk menjaga suatu rahasia atau reputasi, melindungi perasaan individu tertentu, menghindari hukuman, atau konsekuensi dari suatu tindakan," katanya pada Okezone, Kamis (4/10/2018).