Dijelaskan Dr Fitri, karena kondisi tubuh orang tinggi memiliki saraf nervus tibialis yang lebih panjang, yang mana selubung saraf ini memang lebih rentan terhadap gangguan dari luar, makanya dia berisiko terserang penyakit NS. Sekali lagi, tegas Dr Fitri, kondisi ini hanya dialami pada mereka yang tubuhnya tinggi dan punya masalah diabetes atau memiliki kelainan metabolis seperti gangguan ginjal.
"Penelitian mengenal masalah ini secara molekuler memang belum ada, tapi fakta medis menjelaskan bahwa selubung saraf pada nervus tibialis di tubuh orang yang tinggi lebih rentan terkena gangguan. Salah satu tandanya adalah masalah NS ini," ungkap Dr Fitri.
Perlu Anda ketahui, dalam disertasi penelitian berjudul "Faktor-faktor yang Memengaruhi Neuropati Sensorik pada Pasien HIV yang Mendapatkan Terapi Antiretroviral Tanpa Stavudin: Peran Inflamasi Lokal dan Sistemik" dijelaskan bahwa masalah NS ini merupakan suatu gejala yang kompleks akibat kerusakan saraf perifer seperti cidera traumatik, diabetes, infeksi, penggunaan obat neurotoksik, gangguan imunitas, atau gangguan metabolik.
Masalah ini bisa dikenali dengan munculnya gejala seperti nyeri disertai rasa panas, kesemutan, atau baal yang terjadi bisa setiap hari selama pasien tidak melakukan tindakan pengobatan. Kalau masalah ini tidak diselesaikan, maka yang terjadi adalah penurunan produktivitas karena gangguan nyeri berlebih itu sendiri.
(Utami Evi Riyani)