“Saya terinspirasi seperti wisata Kali Biru di Jogja,” sebutnya. Dan tangga itu baru setahul lalu dibuat olehnya menggunakan alat berat.
Lalu, dari mana asal muasal nama Sarang? Syahrizal mengatakan nama itu dibuat lantaran terdapat pintu gua yang di dalamnya dihuni dan menjadi sarang bagi burung walet. Di situ terdapat sebanyak lima buah pintu gua, namun hanya dua pintu gua yang dihuni burung yang diyakini banyak manfaat itu.
Tak hanya mengabadikan momen dengan kamera. Gua Sarang juga menawarkan tempat kepada wisatawan yang suka kebiasaan di pantai seperti berenang, snorkeling, menyelam. Bahkan di area ini kerap dijadikan tempat berkemah.
Bagi Anda yang suka berkemah dengan rekan dan kerarabat, Anda harus membayar mulai Rp200 hingga Rp300 ribu. “Uang itu saya gunakan untuk bangun fasilitas lain, seperti toilet. Karena selama ini saya bangun dengan uang saya sendiri,” imbuh Syahrizal.
Jika ingin snorkeling di Gua Sarang, kata Syahrizal, ada waktu tertentu. Ketika musim barat datang di kawasan wisata Gua Sarang tidak bisa digunakan untuk snorkeling atau sejenisnya karena angin begitu kencang. “Kalau sudah musim timur baru bisa, karena angin enggak kencang lagi, sudah aman.”
Tak usah khawatir, sebagai founder, Syahrizal juga membuka warung yang menyediakan beraneka ragam makanan ringan tempat wisata itu. Kopi? Juga ada kok!