UNTUK berkunjung ke Pagoda, Anda tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri, di Indonesia juga ada, selain di Semarang, Pagoda juga ada di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Namanya Pagoda Ekayana yang berada di lingkungan Vihara Buddhayana.
Vihara Buddhayana terletak di Kelurahan Kakaskasen III, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon yang merupakan tempat ibadah umat Buddha. Lokasinya yang asri dengan pemandangan Gunung Lokon, membuat Vihara ini menjadi satu destinasi wisata di Kota Tomohon.
"Sebenarnya kita tidak menjadikan tempat ini sebagai objek wisata, cuma lambat laun semua pada tahu, dan dari dinas pariwisata sudah menyebutnya sebagai objek wisata di Tomohon," ujar Bhikkhu Nyana Pradita Mahathera.
BACA JUGA:
Pembangunan Vihara Budhayana sendiri sudah dimulai sejak tahun 1982, hanya saja proses pembangunannya berjalan lambat dan dibangun satu-satu, tidak sekaligus. Bangunan yang pertama kali berdiri adalah Buddha Hall, bangunan utama dari Vihara Buddhayana, yang merupakan tempat peribadatan setiap minggu. Di dalamnya berisi Arca Buddha Gautama.
Begitu memasuki kompleks vihara dengan luas hampir 2 hektar itu, dari pintu gerbang kita disambut dengan jejeran 18 patung Arahat atau Se Pa Lo Han. Mereka adalah para murid sang Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian tertinggi.
"18 Arahat ini adalah para bhikkhu yang semuanya berasal dari India. Mereka dianggap sudah mencapai tingkat kesucian yang tertinggi. Masing-masing para Bhikkhu ini punya keistimewaan, kebijaksanaan dan kesaktiannya masing-masing," jelas Bhikkhu Nyana Pradita Mahathera.
Ke 18 patung arahat itu adalah Pindola, Nantimitolo, Pantha the Elder, Angida, Asita, Rahula, Nagasena, Gobaka, Pantha the Younger, Fajraputra, Nakula, Bodhidarma, Vanavasa, Kanaka The Bharadavaja, Katika, The Vatsa, Nandimitra, dan Pindola the Bharadvaja.
Selain itu juga didekat ke 18 patung itu, ada Ruang bakti pada leluhur, Stupa model lumbung padi dan tugu lilin. "Stupa sebagai simbol pikiran tertinggi dari pencapaian seorang Buddha, simbol kekosongan, sudah mencapai kepada ketiadaan. Lilin itu simbol penerangan, Dharma itu seperti lilin yang sedang menyala, harus sesuatu yang dipraktekkan baru dia memberi manfaat," tambah Bhikkhu Nyana Pradita Mahathera.
Disamping Vihara dibangun juga Pagoda Ekayana yang menjulang tinggi. Pagoda sembilan tingkat ini dilengkapi dengan kolam dan patung naga. Pagoda ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda yang disucikan. Di lantai satunya terdapat arca Kwan Kong, sementara lantai lainnya masih kosong.
BACA JUGA:
Di depan Vihara Ekayana terdapat roda dharma dengan patung rusa di samping kiri dan kanannya. Roda dharma yang terdiri dari delapan jeruji itu melambangkan ajaran Buddha tentang delapan langkah untuk bisa mencapai kebahagiaan sejati. Dan rusa mengartikan bahwa dharma yang pertama kali diajarkan Buddha di taman rusa
Masuk lebih ke dalam kompleks vihara Buddhayana, ada Balai Maco, Istana Kwan Im, dan bangunan penyu berukuran besar yang di depannya terdapat kolam yang di tengahnya terdapat koin berukuran besar yang berputar yang diyakini bisa mendatangkan rezeki. Pengunjung bisa melempar koin ke dalam kolam sambil memanjatkan doa agar keinginannya terkabulkan.
Di sekeliling pinggiran kolam terdapat beberapa aksara Cina yang dilengkapi dengan penjelasan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Aksara-aksara Cina itu menjelaskan tentang umur, keberuntungan, harta, kebahagian dan kedudukan.
Seiring perkembangan, vihara Buddhayana yang awalnya sebagai tempat peribadatan umat Buddha mulai tercampur dengan pengaruh tradisi Cina. Umat Buddha di Sulawesi Utara sendiri masih kental dengan tradisi Cina. Agama Buddha sendiri sudah lama berbaur dengan tradisi Cina. Untuk itu, Vihara Buddhayana juga menyediakan tempat ibadah untuk para penganut Konghucu.
"Di sini ada yang disebut aliran Buddha Tri Dharma, mereka memegang tiga ajaran guru nabi yang mereka sebut guru Lao Tse, guru Konghucu dan guru Buddha," lanjut Bhikkhu Nyana Pradita Mahathera.
Di kompleks vihara Buddhayana akhirnya dibuatkan juga tempat ibadah untuk para penganut Konghucu Taoisme yang ada di dalam bangunan berbentuk penyu besar yang di dalamnya terdapat patung Dewi Niang Niang yang diyakini sebagai Dewi kelahiran.
Untuk masuk ke Vihara Buddhayana, terlebih dahulu mengisi buku tamu dan memberikan uang pemeliharaan sebesar Rp 10.000.
(Santi Andriani)