Nisa tidak datang sendirian, rekan wisatawan lainya Sri Handy Lestari juga mengakui, benda-benda itu bisa menjadi pelajaran bagi manusia saat ini untuk mengetahui ganasnya bencana Merapi kala itu. Dia mengatakan, benda-benda yang terpajang bisa dipelajari satu per satu sebagai pengingat bahwa keberadaan apa pun di dunia ini bisa hancur dan meleleh akibat bencana yang datang secara tiba-tiba.
Pelajaran salah satu pemandu rombongan yang juga warga sekitar, Edi mengatakan keberadaan museum sengaja dibuat untuk menyimpan barang-barang bekas akibat letusan Merapi. Edi menceritakan, awal mula museum sederhana itu dibuat ketika salah satu warga yang selamat dari bencana mengambil sisa-sisa barang untuk dijadikan pengingat kepada anak cucunya nanti mengenai kedahsyatan bencana Merapi.
"Awalnya, salah satu anggota keluarga korban Merapi sengaja mengumpulkan barang-barang bekas sisa erupsi Merapi di salah satu rumah, tujuannya agar anak cucu mereka kelak mengetahui kedahsyatan bencana itu," katanya.
Namun setelah beberapa barang terkumpul, kata Edi, membuat beberapa orang yang berkunjung ke Merapi tertarik, sehingga dibuatlah museum mini di bekas rumah warga. "Ini untuk mengenalkan kepada pengunjung yang datang mengenai dahsyatnya tragedi Merapi, ditambah foto-foto yang dipajang di setiap dinding museum," katanya.
Museum itu, kini sudah menjadi paket wisata Merapi, sebab selain ada unsur tantangan juga terdapat pelajaran terkait bencana. "Dalam setiap paket Wisata Merapi, selain pengunjung bisa bersenang-senang, kami juga menggugah melalui keberadaan museum mini ini. Diharapkan muncul religuitas pengunjung terkait ketidakberdayaan setiap manusia dalam menghadapi bencana," katanya.