Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Wah, Letusan Gunung Tambora Pengaruhi Perkembangan Seni di Eropa

Annisa Aprilia , Jurnalis-Kamis, 13 Juli 2017 |21:12 WIB
<i>Wah</i>, Letusan Gunung Tambora Pengaruhi Perkembangan Seni di Eropa
Kaldera Tambora, Sumbawa (Foto: Okezone)
A
A
A

BANYAK dari kita yang tidak tahu kalau warna senja atau mentari terbenam di negeri Eropa tidaklah sama dengan di Indonesia. Ya, di Eropa senja tidak berwarna jingga pun kuning kemerahan.

Langit Eropa hanya akan menggelap perlahan atau kekuningan ketika senja. Namun, dalam sebuah lukisan karya J.M.W. Turner memberikan warna pemandangan langit yang sangat berbeda dengan keadaan langit Eropa.

Dalam lukisan berjudul Chichester Canal Circa 1828, langit yang ada di atas kanal perairan bening itu berwarna keemasan dengan awan berwarna kelabu bak polusi. Ternyata Turner terinspirasi dari letusan Gunung Tambora untuk melukis langit Eropa dalam lukisannya itu.

Letusan Gunung Tambora pada 1815 kala itu juga memengaruhi grup band rock Rasputina. Dalam sebuah lagu pada 1816, grup musik tersebut memiliki sebuah lagu yang berjudul The Year Without A Summer.

Pete Sutherland yang merupakan penyanyi folksong juga turut terinspirasi dari letusan Gunung Tambora, hingga memberikan judul lagunya 1800 and Froze to Death.

Letusan Gunung Tambora yang terjadi pada 1800an memang terbilang cukup dahsyat. Sebanyak ratusan ribu orang dikabarkan tewas, karena letusan gunung. Hingga mata masyarakat internasional pun tertuju ke bencana alam ini.

(Fiddy Anggriawan )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement