UDARA sejuk dipadu pemandangan alam yang asri tersaji saat tiba di Waduk Bayut. Waduk yang dibangun pada masa kolonial Belanda itu mudah dijangkau setelah melewati tanjakan jalan di Dusun Mbayut RT 012, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Sragen.
Waduk Bayut berjarak sekira 20 km dari Kota Sragen. Waduk Bayut dikenal juga dengan sebutan Waduk Gebyar.
“Disebut Waduk Bayut karena berlokasi di Dusun Mbayut. Menurut cerita dari para sesepuh, di lokasi tak jauh dari waduk itu terdapat makam Mbah Buyut atau orang yang dituakan di kampung itu. Disebut Waduk Gebyar karena pengisian waduk itu menggunakan air yang dialirkan dari Dusun Segebyar Desa Lempong, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, yang jaraknya tidak berjauhan,” terang Sugiyono (35), warga Sunggingan, Jambeyan, Sambirejo, Sragen, seperti dikutip Solopos.
Sugiyono sudah menemui dua orang sesepuh dari Desa Jambeyan yang menceritakan asal muasal berdirinya Waduk Bayut yang berada di ketinggian 312 mdpl ini.
Cerita tentang asal penamaan Waduk Bayut dan Waduk Gebyar itu disampaikan Marto Sarimin, 85, dan Cipto Wiyono, 82. Keduanya merupakan saksi hidup pembangunan Waduk Bayut pada 1950-an.