Langkah kaki pun semakin bergegas ingin ke lantai tiga, dan di ruangan ini cukup besar dan lebar sehingga sekarang digunakan sebagai tempat pertemuan publik, dan juga sebagai kedai kopi.
Tujuannya, untuk membuat gedung agar lebih ada manfaatnya sekaligus ikut melestarikan gedung bersejarah di Jakarta.
Saat masuk ke kedai, mata seolah-olah terperana dengan sebuah sudut di pojokan dekat dengan meja bartender. Ada sebuah pintu tua berwarna putih yang merupakan brankas zaman Belanda.
Cat usang pun terlihat begitu jelas, dan pintunya cukup berat. Konon, brankas ini menjadi tempat penyimpanan rempah dan juga uang. Pokoknya sangat berkesan dan berkelas.
Kemudian, menelusuri bagian kanan, ada sebuah balkon. Dan, tepat di belakang balkon terdapat sebuah kelenteng pembakaran abu jenazah. Yang, dari bentuknya masih seperti kelenteng zaman Belanda. Seru banget deh!
(Fiddy Anggriawan )