Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

JFW 2017: Diwadahi IFC, Enam Desainer Muda Menunjukkan Kekayaan Fesyen Indonesia

Afiza Nurmuseriah , Jurnalis-Senin, 24 Oktober 2016 |21:52 WIB
JFW 2017: Diwadahi IFC, Enam Desainer Muda Menunjukkan Kekayaan Fesyen Indonesia
Jakarta Fashion Week (Foto: Arif/Okezone)
A
A
A

INDONESIA memiliki generasi muda terbesar di dunia. Menyikapi fenomena ini, Indonesia Fashion Chamber (IFC) mempersembahkan enam desainer muda berbakat di panggung Jakarta Fashion Week 2017.

Enam desainer ini bukan dipilih secara acak, melalui beberapa chapter di seluruh Indonesia ke enam desainer ini melewati proses kurasi yang bukan hanya memiliki kreativitas desain, namun juga reaserch and development, sumber daya manusia, manajemen bisnis, pemasaran dan distribusi.

Dengan mengusung tema yang sesuai filosofi IFC, yakni Local Inspiration with Contemporary Spirit serta mengadaptasi Indonesia Trend Forecasting 2017/2018, berikut pantauan Okezone dari fashion show keenam desainer terpilih ini di Jakarta Fashion Week 2017, Senin (24/10/2016).

Astri Lestari

Kultur tradisional di Asia yang tetap bertahan di era modern ini, menginspirasi koleksi Spring Summer 2017 karya desainer dari lFC Chapter Bandung ini dengan tema Knot yang berarti "ikatan". Bentuk serta siluet pakaian tradisi Kimono dari Jepang, Hanbok dari Korea, serta kerah Cheongsam dari China menghiasi koleksi ini.

Sedangkan elemen lokal ditampilkan melalui eksplorasi material batik. Unsur etnik Indonesia yang menjadi identitas rancangan desainer ini tetap dipertahankan, namun ditampilkan dengan sentuhan quirky sehingga terkesan modern. Ragam material dieksplorasi, mulai dari batik encim, tenun, tulle, organdi, dan linen dalam pilihan warna pastel yang dikombinasikan dengan warna bold yang kontras. Aplikasi quilt geometris dan quilt dari batik serta permainan tabrak warna menjadi daya tarik rancangan ini.

Devy Ross

Desainer dari IFC Chapter Semarang ini menampilkan koleksi bertema scut a Luz yang terinpirasi dari filosofi Rumania. Delapan rancangan berupa cocktail dress ditampilkan dalam gaya lady like dengan siluet dibuat tegas. Sesuai makna temanya, koleksi ini hanya mengandalkan aplikasi dua warna klasik, yaitu hitam dan putih.

Penggunaan material lembut seperti lace, tulle, embroidery, dan Italian duchess satin dalam pilihan warna klasik memperkuat sisi elegan namun tetap menyiratkan kesan edgy. Permainan layer bahan lace menjadi ornamen yang dramatis.

Elizabeth Njo May Fen

Dengan mengangkat judul Mind Games, koleksi ini menonjolkan ombak-ombak sebagai simbolisasi layer gelombang otak. Warna dalam grafik gelombang otak yang terdiri dari biru, hijau, dan merah diaplikasikan pula dalam rancangan ini, tanpa melepaskan sentuhan warna hitam yang merupakan warna andalan desainer ini.

Bahan jersey net yang dikombinasikan dengan tenun Baron motif Kawung dituangkan dalam siluet H dan A. Ditujukan bagi wanita aktif dan pecinta traveling, desainer Ini kembali menampilkan rancangan fungsional yang menjadi ciri khasnya. Seperti reversible midi dress yang bisa berubah menjadi micro mini dress atau skirt yang bisa dikenakan sebagai overall vest-like. Rancangan ini dilengkapi dengan sepatu terbuat dari bahan yang sama dengan busana yang berkolaborasi dengan Gosh Fashion Shoes Indonesia.

Khanaan Shamlan

Tema Anatolia yang diangkat oleh desainer dari lFC Chapter Jakarta ini terinspirasi dari sejarah arsitektur dan seni pada zaman Ottoman. Motif arsitektural Ottoman dikembangkan dengan teknik batik yang menjadi identitas label modest wear ini.

Penggunaan bahan sutra yang sangat cocok sebagai media batik karena merupakan serat alam, menambah kesan mewah. Tekstur kain sutra yang lembut semakin menghidupkan motifnya. Teknik batik dan detail yang dibuat tangan semakin melengkapi kesan sophisticated yang berusaha ditonjolkan dalam koleksi ini.

Mudrika Paradise

Desainer asal Jogjakarta ini menampilkan koleksi busana muslim berteman Conver ble. Motif garis yang era 80 kembali dihadirkan dengan tampilan baru namun tetap terkesan playful. Desainer yang konsisten mengekplorasi material batik ini, menghadirkan batik tulis yang dirancang dan diproses sendiri menjadi "sistem baru" dalam membentuk motif dan aksen. Motif garis diaplikasikan dalam siluet rancangan I dan A pada sutra Twis dan Valen sebagai kain dasar batik yang dikombinasikan dengan organza dan satin dalam pilihan warna elektrik seperti white, bronze, pale robin egg, dan tufts blue.

Savira Lavinia

Kisah perjalanannya ke desa Ngada, Flores, menginspirasi desainer dari IFC chapter Jakarta ini untuk menampilkan koleksi label Sav Lavin berjudul Tacenda. Desainer ini mengangkat hasil tenun asli dari Flores yang berwarna abu-abu, jingga dan hitam. Dalam shownya ini Lavinia mencoba menunjukkan smart casual juga bisa ditampilkan secara edgy dan berbeda dari biasanya.

(Renny Sundayani)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement