BAGI pencinta kuliner di Jawa Barat, nama Colenak bukanlah sesuatu yang asing. Kuliner yang terbuat dari adonan tape singkong (peyeum) dicampur dengan gula kelapa (kinca) itu, sudah cukup akrab dengan penikmat makanan khas Sunda.
Dalam perjalanan sejarahnya, makanan tempo dulu itu, bahkan pernah menjadi hidangan para tamu kehormatan, yakni kepala negara peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA), pada 1955 silam. Adalah colenak buatan Murdi Putra, yang menjadi hidangan ringan bagi tamu undangan tersebut.
Penamaan Colenak untuk nama makanan itu sendiri, konon bukan berasal dari Murdi, selaku produsen. Adalah para pelanggan setia Murdi yang kerap datang ke warungnya, di Jalan Jendral Ahmad Yani Nomer 733, yang memberi nama makanan itu, hingga akhirnya dikenal dengan nama Colenak hingga sekarang.
Penamaan Colenak sendiri, sebenarnya terinspirasi dari cara memakannya, yakni dengan cara mencocolkan peyeum ke kinca. “Para Aom (kaum ningrat-red) yang melanggan itu lah yang memberikan nama colenak untuk panganan itu,” kata penulis buku Di Balik Layar Warna-warni KAA 1955, Sulhan Syafii.
Murdi sendiri, dengan dibantu keluarga dan tetangga sudah mulai membuat colenak sejak 1930 silam. Dalam perjalanan kariernya membuat Colenak, era 1955, adalah masa yang paling bersejarah bagi keberadaan Colenak Murdi.
“Selama KAA, Colenak Murdi Putra selalu hadir, terutama di malam resepsi tanggal 18 April 1955 di gedung Pakuan dan acara perpisahan pada 24 April di Hotel Savoy Homann,” jelas dia.