Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

TBC Lebih Mematikan Dibandingkan Ebola

Erika Kurnia , Jurnalis-Kamis, 23 Oktober 2014 |14:12 WIB
TBC Lebih Mematikan Dibandingkan Ebola
TBC lebih mematikan (Foto: CNN)
A
A
A

RIBUAN orang meninggal akibat wabah Ebola di Afrika Barat belakangan ini, dan dunia masih mendebatkan kurangnya bantuan dan pengobatan untuk mengatasi penyebaran penyakit mematikan tersebut.

Sementara itu, pada 2013 diketahui 1,5 juta orang meninggal karena penyakit menular lainnya yang sudah jelas obatnya. Hal ini sebagaimana disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2014.

WHO menunjukkan bahwa sembilan juta orang mengidap Tuberculosis (TB) pada 2013 dengan 1,5 juta orang meninggal dunia. Kondisi ini membuat penyakit paru-paru tersebut sebagai salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia.

"Selain itu, diperkirakan masih ada sekitar tiga juta orang yang mengidap TBC tidak dapat menjangkau perawatan medis setiap tahunnya, baik karena mereka tidak terdiagnosis, atau karena mereka tidak dilaporkan meskipun telah terdiagnosis," kata WHO dalam sebuah pernyataan.

Tuberkulosis adalah infeksi bakteri yang dapat menyebar melalui udara. Bakteri biasanya menyerang paru-paru pasien tetapi juga dapat menyerang ginjal, tulang belakang, dan otak. Tuberkulosis bisa berakibat fatal, namun sebaiknya ini tidak terjadi demikian.

Ada empat rejimen (protokol pengobatan yang spesifik, termasuk apa obat yang diambil dan berapa dosis)obat yang disetujui untuk mengobati TB. Menurut penelitian, bakteri umumnya dapat ditaklukkan dengan campuran obat selama enam sampai sembilan bulan.

Tingkat prevalensi TB telah menurun 41 persen sejak 1990. “Namun, sebagian besar kematian akibat TB yang dapat dicegah ini masih memiliki jumlah korban tewas yang sangat tinggi, sehingga upaya untuk memerangi penyakit ini harus dipercepat," kata WHO dalam laporan tertulis.

Salah satu alasan mengapa begitu banyak kematian yang diakibatkan TB adalah strain bakteri yang  menjadi resisten terhadap obat. Sekitar 3,5 persen dari mereka yang didiagnosis TB pada tahun 2013 memiliki karakter tersebut, menurut WHO.

WHO menambahkan, alasan lain dari sulitnya pencegahan TB adalah kurangnya dana. Sekitar 8 miliar dolar dibutuhkan setiap tahun untuk penangannan maksimal. Namun, faktanya hanya lebih dari 6 miliar dolar yang dialokasikan.

Sebagian besar kasus ditemukan di Asia Tenggara dan Pasifik Barat, seperempat kasus yang ditemukan di Afrika memiliki prevalensi dan kematian tertinggi. Hal ini diperkirakan terjadi sebagian besar karena penderita tidak memiliki akses perawatan kesehatan yang berkualitas.

"Industri farmasi kurang tertarik pada penyakit di negara berkembang, di mana potensi keuntungan sangat terbatas," kata Dr. Mario Raviglione, direktur Global Tuberculosis Programme WHO. "Akibatnya, kita menemui masalah dengan penderita TB yang 95 persen kasus berasal dari negara berkembang."

Seperti dikutip CNN, Kamis (23/10/2014), kini sudah ada 15 vaksin tuberkulosis yang sedang mengikuti uji klinis di seluruh dunia, menurut laporan WHO. Vaksin yang efektif nantinya diharapkan dapat menjadi cara untuk menghentikan epidemi ini untuk selamanya.

(Renny Sundayani)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement