Selain pemeriksaan kesehatan, gaya hidup sehat juga berperan besar dalam menekan risiko. Ia merekomendasikan olahraga aerobik seperti jogging, bersepeda, atau berenang sebagai aktivitas terbaik untuk menjaga jantung tetap sehat. Pola makan seimbang dengan membatasi lemak jenuh serta berhenti merokok juga harus menjadi bagian dari keseharian.
“Genetik itu hanya potensi, seperti bakat. Kalau kita punya orangtua dengan riwayat penyakit jantung, bukan berarti pasti kena. Tapi kalau lingkungannya mendukung misalnya merokok, obesitas, tidak aktif risikonya jadi lebih tinggi. Karena itu, gaya hidup sehat bisa menekan risiko meskipun ada faktor keturunan,” tambahnya.
Di akhir sesi, dr. Bambang menegaskan bahwa Indonesia kini sudah memiliki fasilitas dan kemampuan yang setara dengan negara lain dalam menangani penyakit jantung. Tantangannya justru ada pada peningkatan kesadaran masyarakat. “Awareness masyarakat harus ditingkatkan. Semakin dini kita mendeteksi, semakin besar peluang untuk mencegah,” tuturnya.
Konferensi ini turut menghadirkan sejumlah pakar kardiologi nasional dan internasional, termasuk Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), FIHA, hingga Prof. Philip Wong En Hou dari Raffles Medical Group, Singapura, yang membahas perkembangan terbaru dalam pencegahan, diagnosis, dan tata laksana penyakit jantung.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)